Mengatasi Dan Mencegah Penyakit Campak

PenyakitCampak masih menjadi persoalan serius, pada tahun 2011 data kasus penyakit campak menurut World Health Organization (WHO) melaporkan adanya wabah campak yaitu sebanyak 6500 kasus yang telah dilaporkan pada 33 negara antara bulan Januari hingga Maret 2011. Di Indonesia baru-baru ini kasus penyakit campak pernah mewabah di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur. Apakah penyakit campak berbahaya ? Meski termasuk golongan penyakit ringan karena bisa sembuh sendiri, penyakit ini harus tetap diwaspadai karena cara penularannya cukup kuat dan bila tidak ada penanganan dan cara pengobatan campak yang serius bisa berakibat patal dan berujung kematian.
Definisi dan Pengertian Penyakit Campak
Nama latin atau nama ilmiah penyakit campak adalah Morbili atau Morbillia atau Rubeola. Dalam bahasa inggris Measles, dalam bahasa Jerman Masern, dan dalam bahasa Islandia Mislingar. Selain itu di beberapa daerah campak juga suka disebut Tampek. Definisi Penyakit campak adalah salah satu jenis penyakit infeksi menular yang diakibatkan virus yang ditandai dengan ciri-ciri dan gejala demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata) dan ruam pada kulit dan banyak menyerang anak-anak khususnya balita.
Penyebab Penyakit Campak
Apa penyebab penyakit campak ? Penyakit campak disebabkan oleh virus yaitu virus campak (Paramiksovirus). Sasaran virus campak adalah anak-anak yang sedang mengalami kondisi tubuh yang lemah dan kurangnya asupan gizi yang bagus. Virus penyakit campak menyebar melalui air liur dan udara yang berasal dari batuk dan bersin penderita.


Gejalanya:
  • Gejala awal : 
  • Demam berlangsung selama 5 hari.
  • Pilek.
  • Batuk.
  • Lemah.
  • Lemes.
  • Mata kemerahan.
  • Takut terhadap cahaya.
  • Yang paling khas adalah timbulnya bercak berwarna putih keabu-abuan di kelilingi warna warna kemerahan. Biasanya awal timbulnya pada bagian pipi sebelah dalam.
Gejala lanjutan:
  • Demam lebih tinggi lagi.
  • Pada stadium ini mulai muncul ruam atou bintik-bintik kemerah.
  • Biasanya ruam timbul mulai dari belakang telinga, tengkuk, kemudian menyebar ke suluruh badan.
  • Terasa lebih gatal.
  • Sering juga disertai dengan perdarahan pada kulit, mulut hidung dan saluran pencernaan.
Gejala akhir:
  • Pada stadium yang terakhir gejala-gejala awal dan lanjut mulai hilang.
  • Pada kulit akan terlihat bekas berupa bercak kehitaman.
  • Anak harus segera dibawa ke dokter. Setelah itu lakukan perawatan.
Komplikasi Penyakit Campak Pada Anak
Kompilkasi penyakit campak pada umumnya biasa terjadi pada anak kecil terutama golongan anak dengan kondisi kurang asupan nutrisi (kurang gizi). Komplikasi juga biasa terjadi pada golongan anak dengan defisiensi vitamin A.
Adapun komplikasi yang terjadi bisa berupa :
  1. Radang paru-paru atau yang istilah medisnya adalah Pneumonia.
  2. Radang saluaran pernapasan.
  3. Infeksi telinga bagian tengah atau istilah medisnya adalah Otitis media.
Cara perawatan:
  • 1. Dahulu orang tua takut memandikan anaknya bila terkena campak. Namun hal ini tidak benar. Anak penderita campak tetap boleh dimandikan. Karena kelainan kulit pada penyakit campak tidak mengalami infeksi, maka tidak perlu memandikannya dengan cairan anti septik khusus. Basuhlah tubuh anda dengan air hangat agar tubuhnya tetap bersih. Setelah selesai mandi tubuh di taburkan bedak bedak salisil atou bedak anti gatal lainnya.
  • 2. Setelah beberapa hari bintik-bintik merah akan menyembuh. Bekasnya akan menjadi kehitaman dan kadang bersisik. tapi tidak perlu khawatir. Oleskan saja lotion atou krim pelembap pada kulit setiap habis mandi. Lakukan terus menerus hingga sisiknya menghilang.
Demikianlah Cara Mengatasi Dan Mencegah Penyakit Campak. Semoga bermanfaat bagi kalian semua


BELAJAR ANALIS CARA MANGANALISA

Kasus Penyakit Hati di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

1. KETERANGAN KLINIS
Pada lembar hasil pemeriksaan laboratorium patologi klinik di dapat data sebagai berikut :

Tanggal : 06/09/12 jam : 13:54:14
Nama pasien : mr. X
Jenis kelamin : laki - laki
Umur : 60 tahun
Tipe sampel : serum/plasma

Hasil Pemeriksaan pada Bagian Kimia Klinik :

- BUN = 17.0 mg/dL (NORMAL) ~> Nilai Rujukan = 6 - 20 mg/dL

- GLUC = 159 mg/dL (HIGH) ~> Nilai Rujukan = 74 - 106 mg/dL

- CREA = 1,15 mg/dL (NORMAL) ~> Nilai Rujukan = 0,7 - 1,2 mg/dL

- ALBUMIN = 3,93 g/dL (LOW) ~> Nilai Rujukan = 3,97 - 4,94 g/dL

- BIL T = 12,37 mg/dL (HIGH) ~> Nilai Rujukan = 0 - 1,2 mg/dL

- AST = 30 U/L (NORMAL) ~> Nilai Rujukan = 0 - 40 U/L

- BIL D = 11,66 mg/dL (HIGH) ~> Nilai Rujukan = 0 - 0,2 mg/dL

- Na = 136 mmol/L (NORMAL) ~> Nilai Rujukan = 136 - 145 mmol/L

- K = 4,23 mmol/L (NORMAL) ~> Nilai Rujukan = 3,5 - 5,1 mmol/L

- Cl = 98,0 mmol/L (NORMAL) ~> Nilai Rujukan = 98 - 107 mmol/L

- Osmolalitas = 277 mmol/L (NORMAL) ~> Nilai Rujukan = -99999 - 999999 mmol/L

2. PENJELASAN
a). Kimia Darah Untuk Faal Hati

- SGOT / AST
Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase / Aspartat Amino Transferase merupakan enzim transaminase atau katalisator perubahan dari asam amino menjadi asam ketoglutarat.
 
Enzim ini sebagian besar ditemukan dalam otot jantung dan hati, sementara dalam kondisi sedang dapat ditemukan pada otot rangka, ginjal, dan pankreas. Konsentrasinya yang rendah terdapat dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam junlah yang banyak dilepas ke dalam sirkulasi.
 
Kadar AST serum tinggi dapat ditemukan setelah terjadi infark miokardium ( MI ) akut dan kerusakan hati. Pada penderita infark jantung akut, SGOT / AST akan meningkat setelah 6 - 10 jam.
 
AST akan keluar dari otot jantung dan memuncak dalam 24 - 48 jam setelah terjadi infark. Kadar AST serum akan kembali normal dalam 4 - 6 hari kemudian, jika tidak terjadi infark tambahan.
 
Kadar AST serum biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung yang lain.
 
Pada penyakit hati, kadar serum akan meningkat 10 kali atau lebih, dan tetap demikian dalam waktu yang lama.
 
Nilai normal :
Pria = 0 - 37 U/L
Wanita = 0 - 31 U/L
( sumber : Sutedjo, A. Y, SKM. 2009. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Amara Books. Yogyakarta)
Masalah Klinis :
Penurunan Kadar : kehamilan, ketoasidosis diabetik
Peningkatan Kadar : MI akut, hepatitis, nekrosis hati, penyakit dan trauma muskoloskeletal, pankreatitis akut, angina pektoris yang serius, olahraga berat, injeksi MI, perikarditis, stres otot rangka, infark paru, cerebrovascularacident ( VCA ), obstruksi saluran empedu, aritmia jantung, gagal jantung kongesti, tumor hati, kolaps sirkulasi.
 

- SGPT / ALT
Serum Glutamik Pyruvik Transaminase / Alanin Aminotransferase merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosa destruksi hepatoseluler.
 
Enzim ini juga ditemukan dalam junlah sedikit pada otot jantung, ginjal serta otot rangka. Kadar ALT serum dapat lebih tinggi dari sekelompok transferase lainnya ( transaminase ). AST, dalam kasus hepatitis akut serta kerusakan hati akibat penggunaan obat dan zat kimia, dengan setiap serum mencapai 200 - 4000 U/L.
ALT digunakan ...................


3. ANALISA HASIL LABORATORIUM KLINIK
Pada hasil laboratorium ditemukan kadar bilirubin total yang sangat tinggi yaitu 12,37 mg/dL dan bilirubin direk yang juga tinggi yaitu 11,66 mg/dL
Sehingga kita bisa mendapatkan kadar bilirubin indirek sebesar 0,81 mg/dL
Bilirubin indirek atau bilirubin tak terkonjugasi adalah bilirubin yang belum diubah dan belum melalui hepatosit. Bilirubin direk adalah bilirubin yang terkonjugasi yang telah diubah di hepar.
Pada hasil laboratorium ini dapat dilihat bahwa bilirubin direk sangat tinggi dibandingkan bilirubin indirek. Ini menunjukkan adanya gangguan setelah hati ( post hepar ).
 
Kadar AST dan ALP yang masih normal dapat memberikan dua arah pengertian yang berbeda. Yang pertama adalah AST dan ALP yang normal disebabkan karena memang sel - sel hati (hepatosit) masih baik. Yang kedua yaitu AST dan ALP yang normal karena telah banyak sel hati yang rusak maka hepatosit yang masih mampu menghasilkan AST dan ALP sedikit. Oleh karena itulah maka kita melihat kadar albuminnya. Jika hati pasien telah rusak parah maka pasien tidak hanya akan mengeluh tentang ikteriknya saja tetapi juga akan mengeluh beberapa hal seperti adanya pendarahan, bengkak dll.
Selain itu pada kasus kerusakan hati berat maka kadar albumin akan sangat rendah sekali.
 
Pada pemeriksaan laboratorium ini juga dilakukan pemeriksaan penduking yaitu pemeriksaan gula darah.
 
Adanya pemeriksaan terhadap gula darah pasien ini dilakukan untuk screrning fungsi pankreas karena pankreas menghasilkan insulin.
 
Jika kadar glukosa sangat tinggi atau sangat rendah maka diagnosis pasien akan mengarah pada tumor pankreas.
Kadar bilirubin yang sangat tinggi dalam darah akan membuat pasien terlihat kuning (ikterus).
 

4. ARAH DIAGNOSIS
Dari hasil laboratorium diatas maka arah dioagnosis pasien ini adalah Obstruksi Post Hepato dengan Deep Ikterik

5. SARAN untuk PASIAN
Pasien sebaiknnya melakukan pemeriksaan pendukung lain yg lebih spesifik.
 
Yaitu : Cek Gamma GT, ALP, Penanda Tumor Pankreas. Lebih baik USG hepar dan saluran empedu
 


NILAI NORMAL PEMERIKSAAN KIMIA DARAH

Nilai normal parameterkimia dalam darah yang akang buat tidaklah berdasarkan suatu konsensus yang disepakati oleh para ahli dan bersifat mengikat, tetapi nilai yang dihasilkan juga tentu saja bukan hasil fiktif yang akang buat berdasarkan imajinasi saja. Penetapan nilai normal hasil laboratorium suatu rumah sakit atau laboratorium klinik terkadang tidak sama persis antara satu dengan lainnya, hal ini dikarenakan banyak hal yang mempengaruhi seperti metode pemeriksaan yang digunakan berbeda, jenis kelamin, alat yang digunakan dll . Perbedaan nilai normal juga bisa terjadi karena adanya perbedaan ras (beberapa parameter ada perbedaan nilai normal antara orang Indonesia dengan orang Eskimo misalnya). Jadi kesimpulannya nilai normal kimia darah yang akang tulis adalah nilai normal untuk kebanyakan orang Indonesia tanpa membedakan jenis kelamin dan berbagai macam metode yang digunakan, lagipula akang yakin yang baca tulisan ini kebanyakan adalah orang awam medis,
langsung aja di cek bos….:
PARAMETER
NILAI NORMAL
SATUAN

Glukosa Sewaktu
Glukosa Puasa/Nuchter
Glukosa 2 jam PP
Kreatinin
Ureum
Asam Urat
Natrium/Na
Kalium/K
Klorida/Cl
Kalsium/Ca
Magnesium/Mg
Fosfat Organik/P
Amylase-P
Lipase
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
Fosfatase Alkali/ALP
Protein Total
Albumin
Globulin
Kolinesterase/CHE
ALT/SGPT
AST/SGOT
Creatin Kinase/CK
CKMB
LDH
Kolesterol Total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
Trigliserida
Fe(besi)/Serum Iron(SI)
TIBC
70 – 200
70 – 110
100 – 140
0.5 – 1.5
10 – 50
3 – 7
135 – 153
3.5 – 5.1
98 – 109
8.5 – 10.5
1.5 – 2.5
2 – 4.5
17 – 115
13 – 60
<1.5
0.1 – 0.5
<1.0
35 – 105
6.6 – 8.7
3.4 – 4.8
3.2 – 3.9
5.4 – 13.2
<47
<37
<167
<24
240 – 480
<200
40 – 60
<130
50- 150
35 – 150
260 – 445
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mEq/L
mg/dL
U/L
U/L
mg/dL
mg/dL
mg/dL
U/L
g/dL
g/dL
g/dL
KU/L
U/L
U/L
U/L
U/L
U/L
mg/dL
mg/dL
mg/dL
mg/dL
µg/dL
µg/dL


Faktor yang mempengaruhi Hasil LAB

Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis pemeriksaan laboratorium baik langsung maupun tidak langsung, misalnya pemeriksaan glukosa darah dan trigliserida. Pemeriksaan ini dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman. Karena pengaruhnya yang sangat besar, maka pada pemeriksaan glukosa darah, pasien perlu dipuasakan 10 – 12 jam dan untuk pemeriksaan trigliserida, pasien dipuasakan sekurang-kurangnya 12 jam sebelum pengambilan darah.

Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya akan menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu pemberian obat secara intra muskular akan menimbulkan jejas pada otot, sehingga menyebabkan enzim yang dikandung dalam otot tersebut akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya dapat mempengaruhi hasil beberapa pemeriksaan. Obat-obatan yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium misalnya :
·                     Diuretik, cafein menyebabkan hampir seluruh pemeriksaan substrat dan enzim dalam darah akan meningkat karena terjadi hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan hemoglobin, hitung jenis lekosit, hematokrit, elektrolit. Pada urine akan terjadi pengenceran
·                     Tiazid mempengaruhi hasil tes glukosa, ureum
·                     Kontrasepsi oral dapat mempengaruhi hasil tes hormon, LED
·                     Morfin dapat mempengaruhi hasil tes enzim hati (AST, ALT)
·                     Dan sebagainya (lihat pengaruh obat pada tes laboratorium)

Merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar zat tertentu yang diperiksa. Perubahan dapat terjadi dengan cepat hanya dalam 1 jam dengan merokok 1 – 5 batang dan akibat yang ditimbulkan adalah peningkatan kadar asam lemak, epinefrin, gliserol bebas, aldosteron dan kortisol.

Perubahan lambat terjadi pada hitung lekosit, lipoprotein, aktifitas beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda tumor dan logam berat.

Alkohol
Konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada kadar analit. Perubahan cepat dapat terjadi dalam waktu 2 – 4 jam setelah konsumsi alkohol dan akibat yang terjadi adalah peningkatan kadar glukosa, laktat, asam urat dan terjadinya asidosis metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan aktifitas gamma glutamyl transferase (gamma-GT), GOT, GPT, trigliserida, kortisol, dan MCV.

Aktifitas fisik.

Aktifitas fisik dapat menyebabkan shift volume antara kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan cairan karena berkeringat, dan perubahan kadar hormon. Akibatnya akan terjadi perbedaan besar antara kadar glukosa darah di arteri dan vena, serta terjadi perubahan konsentrasi gas darah, asam urat, kreatinin, creatin kinase, GOT, LDH, KED, hemoglobin, hitung sel darah, dan produksi urine.

Demam
Pada waktu demam akan terjadi :
·                     Peningkatan glukosa darah pada tahap permulaan, dengan akibat terjadi peningkatan kadar insulin yang akan menyebabkan penurunan glukosa darah pada tahap lebih lanjut.
·                     Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam akibat terjadinya peningkatan metabolisme lemak, dan terjadi peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang sudah lama.
·                     Meningkatkan kemungkinan deteksi malaria dalam darah.
·                     Meningkatkan kemungkinan hasil biakan positif (pada kasus infeksi).
·                     Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan titer Widal.

Trauma
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain penurunan kadar substrat maupun aktifitas enzim, termasuk juga hemoglobin, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi karena terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah yang menyebabkan pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi peningkatan ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang berasal dari otot.

Variasi Circadian Rhythms

Dalam tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari waktu ke waktu yang disebut variasi circadian rhythms. Perubahan kadar zat yang dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linear (garis lurus) seperti umur, dan dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi diurnal), siklus bulanan (menstruasi) dan musiman.

Variasi diurnal yang terjadi antara lain :
·                     Besi serum. Besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih tinggi kadarnya daripada pagi hari.
·                     Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari, sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada siang hari, maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila dilakukan pada pagi hari.
·                     Enzim. Aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu.
·                     Eosinofil. Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal, jumlahnya akan lebih rendah pada malam hari sampai pagi hari daripada siang hari.
·                     Kortisol, kadarnya akan lebih tinggi pada pagi hari daripada pada malam hari
·                     Kalium. Kalium darah akan lebih tinggi pada pagi hari daripada siang hari.
Selain yang sifatnya harian, dapat terjadi fluktuasi kadar zat dalam tubuh yang bersifat bulanan.
Variasi siklus bulanan umumnya terjadi pada wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi setiap bulan. Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi, protein dan fosfat dalam darah disamping perubahan kadar hormon seks. Demikian juga, pada saat ovulasi terjadi peningkatan aldosteron dan renin serta penurunan kadar kolesterol darah.
Umur
Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah. Hitung eritrosit dan kadar hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol-LDL akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.
Ras
Jumlah lekosit pada orang kulit hitam Amerika lebih rendah daripada orang kulit putihnya. Demikian juga pada aktifitas creatin kinase. Keadaan serupa juga dijumpai pada ras bangsa lain, seperti perbedaan aktifitas amylase, kadar vitamin B12 dan lipoprotein.
Jenis Kelamin

Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Kadar besi serum dan hemoglobin berbeda pada wanita dan pria dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna lagi setelah umur lebih dari 65 tahun. Perbedaan lain berdasarkan jenis kelamin adalah aktifitas CK dan kreatinin.

Perbedaan ini lebih disebabkan karena massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita. Sebaliknya, kadar hormon seks wanita, prolaktin, dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih tinggi pada wanita.

Kehamilan
Bila pemeriksaan dilakukan pada wanita hamil, pada saat interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah) yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan terus meningkat sampai minggu ke-35 kehamilan.

Volume urine akan meningkat 25% pada trimester ke-3.

Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid, elektrolit, besi, ferritin, protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase alkali, faktor koagulasi dan kecepatan endap darah.
Perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein transport, hemodilusi, peningkatan volume tubuh, defisiensi relative karena peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut.



PEMERIKSAAN GLUKOSA KIMIA

PEMERIKSAAN GLUKOSA

A.Tujuan                     Untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah
B. Metode                   GOD-PAP
C. Prinsip                    : Glukosa diukur setelah oksidase enzimatik, adanya glukosidase hidrogen peroksidase di bawah katalisa peroksidase bereaksi dengan phenol dan 4-amino phenazone membentuk zat warna merah violet, quinoneimine sebagai indikator.
D. Bahan                     Serum
E. Alat                         : 1. Micropipet 10µl & 1000µl           4. Tabung reaksi
                                      2. Blue tipe & yelow tip                    5. Centrifuge  
                                      3. Beackerglass                                 6. Fotometer

F.Reagensia                 :1. Reagen enzim (buffer pH 7,5)
                                      2. Reagen satandar
G.Cara Kerja               :

Sampel
Standart
Blanko
Sampel
10µl


Standart

10µl

Reagen
1000µl
1000µl
1000µl
 Masing – masing tabung dihomogenkan, diinkubasi 10 menit pada suhu 20 – 25 °C atau 5 menit pada suhu 37 °C
Diukur absorbance standar dan sampel terhadap blanko reagen dalam 60menit

Λ      = 546 nm                                Standar  = 200
               Suhu = 25oC                                    Program = c/st
H. Nilai Rujukan           :         a. Darah segar (puasa) 70 – 100 mg/dl
                                                b. Serum & plasma (puasa) 75 – 115 mg/dl



PEMERIKSAAN  CHOLESTEROL TOTAL
Pemeriksaan                : Cholesterol Total
Tujuan                         : Untuk mengetahui kadar kolesterol seseorang
Metode                        : CHOD-PAP
Prinsip                         : Cholesterol diukurr setelah hidrolisa enzimatik dan oksidasi indikator quinoneimine dibentuk dari hidrogen peroksidase dan 4-aminophenazone. Absorben warna diukur dengan terbentuknya warna yang dibaca pada spektrofotometer dalam phenol dan peroxidase
Bahan                          : Serum
Alat                             : Tabung reaksi
                                      Beacker glass
                                      Pipet automatic
Reagensia                    : Cholesterol liquicolor
Nilai Nomal                 : 200 mg/dl
Cara Kerja                   :
Skema pemipetan
Blanko
R/ Standart
Test
Standart

10 μl

Sampel


10 μl
R/ Cholesterol
1000 μl
1000 μl
1000 μl
-          Dihomogenkan
-          Diinkubasi selama 20 menit pada suhu 20 - 25° C
-          Diukur absorbance sampel tehadap blanko reagen dalam waktu tidak lebih dari 60 menit ( λ = 546 nm, program = c/st, angka faktor = 200,0 mg/dl )




PEMERIKSAAN LDL
A.Tujuan                     : untuk pengukuran kuantitatif LDL-cholesterol (LDL)
B. Metode                   : Test warna-Enzymatik
C. Prinsip                      : Chylomicrons,VLDL dan HDL cholestrol dihilangkan secara khusus melalui reaksi enzymatik.kemudian LDL cholesterol yang tertinggal diukur melalui reaksi enzymatik khusus ,juga memakai surfactans spesific untuk LDL
D. Bahan                     : Serum                            
E. Alat                         1. Tabung                             3. Mikropipet                         5. Centrifuge
   2. Beacker Glass                  4. Yellow tip . blue tip            6. Photometer

                                     

F.Reagensia                 : 1. R1
   2. R2
G.Cara Kerja               :
Hangatkan reagen dan kufet sampai 37°C.suhu harus dijaga konstan (±0,5°C) selama test.

Blankoreagen
Calibrator/sampel
Air
10 µ

Calibrator/Sampel

10 µ
R1
750 µ
750 µ
R2
250 µ
250 µ



             
  Campur dengan hati-hati,inkubasi pada suhu 37°C dan baca absorbance AA calibrator dan sampai terhadap blanko reagen (RB) setelah 5 menit.

F. Nilai Rujukan          :
           

Laki - Laki
Perempuan
Resiko menurun untuk CHD
<  50 mg/dl
< 63 mg/dl
Resiko meningkat untuk CHD
> 172 mg/dl
> 167 mg/dl








PEMERIKSAAN TRIGLISERIDA
A.Tujuan                     Untuk mengetahui kadar trigliserida dalam sample
B. Metode                    : GOD-PAP
C. Prinsip                       : Trigliserida diukur setelah hidrolisa enzimatik dengan lipase indicator     quinonemine dibentuk dari hydrogen peroksida 4amino pryme chlorophenol dibawah pengaruh katalisa peroksida
D. Bahan                     : Serum
E. Alat                         1. Tabung                             4. Mikropipet
   2. Beacker Glass                   5. Yellow tip . blue tip
   3. Fotometer 4010


F.Reagensia                 : 1. Reagen enzym
   2. Reagen standart   
G.Cara Kerja                :

Blanko
Standar
Tes
Standar

10 ul

Sampel


10 ul
Rg Enzym
     1000ul
1000 ul
    1000 ul
Dicampur diinkubasi pada 20-25°C selama 10 menit
Λ         = 546 nm                                Standar  = 200
            Suhu    = 25oC                                                Program = c/s




PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN
A.    Pemeriksaan                    Total Protein
B.     Tujuan                         :     Untuk mengetahui kadar protein dalam serum
C.     Metode                        :     Biuret
D.    Prinsip                         :     Ion tembaga bereaksi dengan protein dalam media alkali
membentuk kompleks ungu. Absorbans kompleks ini sebanding dengan konsentrasi protein dalam serum.
E.     Reagen                        :     4 x 100 ml atau 1000 ml reagen warna
·         Natrium hidroksida                 200 mmol/l
·         Kalium natrium tartrat                        32 mmol/l
·         Cuprum sulfat                         18 mmol/l
·         Kalium iodida                         30 mmol/l
F.      Bahan                          :     Serum, plasma heparin atau EDTA
G.    Alat                             :     Tabung reaksi , mikropipet 20 µl , 1000 µl, blue and yellow tip,
                                          beacker glass, fotometer
H.    Cara kerja                    :
·         Filter                :     546 nm
·         Program           :     C/F
·         Tebal kuvet     :     1 cm
·         Temperature    :     20-25C
·         Pengukuran terhadap blanko reagen
·         Factor              :     19,00


Sampel
Blanko
Sampel
20 µl

Blanko
1000 µl
1000 µl
Dicampur, diinkubasi 20 menit dengan suhu 20-250C. diukur absorbans sampel terhadap blanko reagen dalam waktu 30 menit.





I.      Perhitungan                  :
      C = 19 x ΔA (g/dl) atau C = 190 x ΔA (g/l)
J.       Nilai normal dalam serum atau plasma :
Bayi                             : 4,6 – 7.0 g/dl  atau 46 – 70 g/l
3 tahun s/d dewasa     : 6,6 – 8,7 g/dl  atau 66 – 77 g/l




PEMERIKSAAN  ALBUMIN

A.    Tujuan             : Untuk mengetahui kadar albumin dalam serum penderita.

B.     Metode            : BCG (Bromcresol Green
C.     Prinsip             :Bromcresol Green dengan albumin dalam larutan buffer sitrat membentuk
kompleks warna.Absorbance dari kompleks warna ini proporsional dengan konsentrasi albumin dalam sampel.
D.    Reagen                        :Reagen warna dan Standart
E.     Bahan              :Serum atau plasma
F.      Alat                 : ●Fotometer
  ●Pipet Automatik 10 dan 1000
  ●Beacker Glass
  ●Tabung Reaksi
  ●Blue dan Yellow tipe

G.    Cara Kerja       :    Panjang gelombang            546nm             Program           c/st
  Tebal Kuvet              1cm                            
  Temperatur                20-25áµ’C
  Pengukuran terhadap            Blanko Reagen

Blanko
Standart
Test
Sampel
-
-
10
Standart
-
10
-
Reagen Warna
1000
1000
1000
Campur,diinkubasi 5 menit,ukur absorbance standart dan sampel terhadap blanko reagen dalam waktu 30 menit.



H.    Nilai Rujukan  :Dalam serum atau plasma 3,8-5,1 gr/dl atau 38-51 gr/l




Pemeriksaan UREUM

A.Tujuan                     Untuk mengetahui kadar ureum dalam serum
B. Metode                   Berthelet
C. Prinsip                      :Urea dihidrolisa dengan adanya air dan urease membentuk ammonia dan
carbon dioksida . pada metode modifikasi Bedrthelet ini,ion ammonia bereaksi dengan hypochlorit dan sallycilate membentuk zat warna hijau, Peningkata Abs.Pada 578 nm proporsional dengan konsentrai urea dalam sample.
D. Bahan                     Serum,plasma (semua plasma kecuali ammoniumheparinat ),urine.
                                       Encerkan urine 1 + 100 dengan aquadest.
                                       Jangan gunakan serum lipemic.stabil 3 hari pada 4 C.
E. Alat                         :

   l. Spektrofotometer
                                       2. Tabung reaksi
                                       3. Beacker glaas
             4. Pipet automatic
             5. Blue tip dan Yellow tip

F.Reagensia                 1. Reagen standart
                                       2. Reagen R1A
                                       3. Reagen R2




            KOMPOSISI REAGEN       

R1
R2
R3

1. 10505
100 ml
100 ml
1 ml

2. 10506
1000 ml
-
10 ml

3. 10507
-
1000 ml
-

STD
3 ml std. urea 80 mg/dl ( 13,3 mmol/l) atau BUN 37,28 mg/dl (6,2 mmol/l)



                                    PERSIAPAN REAGEN
                                    R1A : Campuran reagen 3 dengan reagen 1 sbb :
                                                Missal : 1 ml R3 + 100 ml R1 ( 1 = 100 bag. )
                                    R2 dan STD siap pakai tanpa pengenceran.
G.Cara Kerja               :
                        Panjang gelombang     : Hg 578
                        Tebal kuvet                 : 1 cm
                        Temperatur                  : 20 – 250 C
                        Pengukuran terhadap blanko reagen


RB
STD
SPL

Sampel
-
-
10 ul

Standard
-
10
-

Reagen RIA
1000
1000
1000 ul

Campur , inkubasi 5 mnt (20-25 C) atau 3 mnt ( 37 C )

Reagen R2
1000
1000
1000 ul

Campur, inkubasi 10 menit pada 20 - 25 C atau 5 menit pada 37 C. Ukur Abs. standard dA( STD ) dan sampel dA ( SPL ) terhadap RB dalam waktu 60 menit 



                         
G. Nilai Rujikan            : Serum : 10 – 50 mg/dl atau 1,7 – 8,3 mmol/l
                                        Urine  : 20 – 35 mg/24 jam atau 333 – 583 mmol/24 jam                                                               






PEMERIKSAAN ASAM URAT
A.    Tujuan             : Untuk mengetahui kadar asam urat dalam darah
B.     Metode            : Uricase PAP
C.     Prinsip             :
Kadar asam urat diukur melalui reaksi dengan uricase. H2O2 bereaksi dibawah katalisa peroksidase dengan 3,5-dichloro-2-hydroxybenzenesulfonic acid (DCHBS) dan 4-aminophenazone (PAP) membentuk zat warna merah violet quinoneimine sebagai indicator
D.    Reaksi                         :
                                                       Uricase
Asam Urat + O2 + 2 H2O                                           allantoin + CO+ H2O2
                                                    peroxidase
2 H2O + DCHBS + PAP                                            N–(4-antypiryl) 3-chloro-5-sulfonate- p-benzoquinoneimine + HCl + 4 H2O                          
E.     Bahan                :  Serum
F.      Alat                   :
         Pipet automatic 20 µl , 1000 µl
         Blue tip
         Yellow tip
         Becker glass
         Tabung venoject
G.    Reagensia          :
         Reagen enzyme
         Larutan standart asam urat 8 mg/dl
H.    Cara Kerja         :
         Disiapkan alat dan bahan
         Disiapkan 3 buah tabung venoject, beri tanda (B, St , T)
         Masing – masing tabung dipipet

Blanko
Standart
Test
Sampel
-
-
20 µl
Lart. Standart
-
20 µl
-
Rg. Enzym
1000 µl
1000 µl
1000 µl
-          Dihomogenkan
-          Diinkubasi pada suhu 37C selama 5 menit atau 20-25C selama 10 menit
-          Dibaca Absorbance standart dan sampel terhadap reagen blanko pada fotometer
Filter                : 546 nm
Program           : C/St
Standart           : 8,00
-          Dicatat dan dilaporkan hasilnya
I.       Nilai Rujukan    :  Pria             : 3,4 – 7 mg/dl atau 200 – 420 µmol/liter
                             Wanita        : 2,4 – 5,7 mg/dl atau 140 – 340 µmol/liter


PEMERIKSAAN KREATININ ( Dengan Deprot)
A.Tujuan                     Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam serum
B. Metode                   Jaffe (dengan deproteinase)
C. Prinsip                    : Kreatinin dalam suasana alkali akan membentuk kompleks warna merah
   sampai jingga dengan asam pikrat. Kompleks warna yang terbentuk    
   sebanding dengan kadar kreatinin dalam sampel.
D. Bahan                     Serum
E. Alat                         : 1. Micropipet 500µ                          4. Tabung reaksi
                                      2. Blue tipe                                        5. Centrifuge  
                                      3. Beackerglass                                 6. Fotometer



F.Reagensia                 :1.TCA (Tri Chlor Acid) 1,2 N 20
                                      2. Asam pikrat dan NaOH = sebagai reagen kerja 1:1
                                      3. Standar 2

                                                                     
G.Cara Kerja               :
Deproteinase

Blanko
Standar
Tes
Aquadest
0,5 ml


Standar

0,5 ml

Sampel


0,5 ml
Rg TCA
0,5 ml
0,5 ml
0,5 ml
Dicentrifuge dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit
Diambil supernatannya

Λ      = 546 nm                                Standar  = 200
               Suhu = 25oC                                    Program = c/st


Blanko
Standar
Tes
Aquadest
0,5 ml


standar

0,5 ml

Sampel


0,5 ml
Rg kerja
0,5 ml
0,5 ml
0,5 ml

Diinkubasi pada suhu 25oC selama 20 menit . Dibaca pada
fotometer dengan λ 546 nm, program c/st , standar 200.


H. Nilai Rujikan            : Laki-laki    = 0,5-0,9 mg/dl
                                        Perempuan = 0,6-1,1mg/dl


PEMERIKSAAN KREATININ (Tanpa Deprot)

A.Tujuan                     Untuk mengetahui kadar kreatinin dalam serum
B. Metode                   Jaffe (tanpa deproteinase)
C. Prinsip                    : Kreatinin dengan asam pikrat membentuk kompleks warna orange
   merah dalam larutan alkali. Absorbance warna kompleks ini sebanding
   dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel.
D. Bahan                     Serum
E. Alat                         : 1. Micropipet 500µ                          4. Tabung reaksi
                                      2. Blue tipe                                        5. Centrifuge  
                                      3. Beackerglass                                 6. Fotomete


F.Reagensia                 :1.Asam pikrat
                                      2. Natrium hidroksida
                                      3. Standar 2 mg/dl   
G.Cara Kerja               :
Λ      = 492 nm                                Standar  = 200
               Suhu = 37oC                                    Program = c/st
Dipipet ke dalam kuet
semi micro
macro
Sampel/standar
100µl
200µl
Reagen kerja
1000µl
2000µl
Dicampur dan jalankan stopwatch. Setelah 30 detik dibaca pada
Fotometer


H. Nilai Rujikan            : Serum : Laki-Laki   :0,6-1,1 mg/dl
                                                      Perempuan            :0,5-0,9 mg/dl
                                        Urine : 1000-1500 mg/24 jam



PEMERIKSAAN BILIRUBIN DIRECT DAN BILIRUBIN TOTAL
A.    Tujuan                   : Untuk mengetahui kadar Bilirubin Direct (D) dan Bilirubin Total (T)
B.     Metode                  : Jendrassik / Grof
C.     Prinsip                   :          
Bilirubin bereaksi dengan Diazotized Sulphanilic Acid (DSA) membentuk zat warna merah azo. Absorbans zat warna ini pada 546 nm sebanding dengan konsentrasi bilirubin dalam sampel. Glucuronides bilirubin yang larut dalam air bereaksi langsung dengan DSA yang mana albumin yang terkonjugasi dalam bilirubin indirect hanya akan bereaksi dengan DSA, dibantu adanya accelerator (zat pemercepat).
Bilirubin total = bilirubin direct + bilirubin indirect.
D.    Reaksi                   : Asam sulfanilic + natrium nitrit                                DSA
  Bilirubin +DSA                                                         DIRECT azobilirubin
  Bilirubin + accelerator                                               TOTAL azobilirubin
E.     Bahan                    : Serum atau plasma heparin.
  Hindari hemolisis. Sampel harus terlindungi dari sinar.
  Stabilitas : Bilirubin stabil selama 3 hari bila disimpan terlindung dari  sinar pada 2-8°C.
F.      Reagen                  :
1.      1 x 100 ml reagen Bilirubin Total (tutup putih)
Asam sulfanilic                                               14 mmol/l
Asam hydroclorit                                            250 mmol/l
Caffeine (accelerator)                                     200 mmol/l
Natrium benzoate                                            420 mmol/l
2.      1 x 9 ml reagen T-Nitrit (tutup putih)
untuk pengukuran Bilirubin Total
Natrium nitrit                                                  14 mmol/l
3.      1 x 100 ml reagen Bilirubin Direct (tutup merah)
Asam sulfanilic                                               14 mmol/l
Asam hydroclorit                                            250 mmol/l
4.      1 x 9 ml reagen D-Nitrit (tutup merah)
untuk pengukuran Bilirubin Direct
Natrium nitrit                                                  0.9 mmol/l
G.    Alat                       :
1.      Micropipet
2.      Tip biru dan tip kuning
3.      Tabung reaksi
4.      Fotometer
H.    Cara Kerja             :
a.       Persiapan reagen dan stabilitas
1.      Kedua reagen dan larutan nitrit siap pakai.
2.      Stabil sampai tanggal kadaluarsa bila tidak dibuka dan disimpan pada 15-25°C.
b.      Pemeriksaan
Panjang gelombang     : 546 nm
Celah optik                  : 1 cm
Suhu                            : 20-25°C
Pengukuran                 : terhadap blanko sampel
c.       Prosedur
1.      Bilirubin Total
Pipet ke dalam cuvet
Blanko sampel
Sampel
Reagen, bilirubin total (1)
Reagen T-Nitrit
1000 µl
1000 µl
-
40 µl
Campur dengan baik, inkubasi selama 5 menit.
Sampel
100 µl
100 µl
Campur, inkubasi pada suhu kamar selama 10 sampai 30 menit.
Ukur absorbans sampel terhadap blanko sampel (∆A546)

2.      Bilirubin Direct
Pipet ke dalam cuvet
Blanko sampel
Sampel
Reagen, bilirubin direct (3)
Reagen D-Nitrit
1000 µl
1000 µl
-
40 µl
Campur dengan baik, inkubasi selama 2 menit.
Sampel
100 µl
100 µl
Campur, inkubasi pada suhu kamar selama 5 menit tepat.
Ukur absorbans sampel terhadap blanko sampel (∆A546)



I.       Interpretasi Hasil   :
Linearitas : Pemeriksaan linear sampai 25 mg/dl. Untuk konsentrasi bilirubin melebihi 25 mg/dl, encerkan sampel 1 + 4 dengan garam fisiologis (0.9%) dan ulangi pemeriksaan. Kalikan hasil dengan 5.
J.       Perhitungan           :
Hitung konsentrasi bilirubin total dan direct dengan menggunakan faktor 13.0
Konsentrasi bilirubin (mg/dl) = ∆A546  x 13.0
(mg/dl) x 17.1 = (µmol/l)
K.    Nilai Rujukan        :
Bilirubin total
mg/dl
µmol/l
Pada kelahiran, sampai
5 hari, sampai
1 bulan, sampai
Dewasa, sampai
5
12
1.5
1.1
85.5
205.0
25.6
18.8
Bilirubin direct
Dewasa, sampai
0.25
4.3






ALKALI PHOSPATASE

A.    Pemeriksaan                    Alkali Phosphatase
B.     Tujuan                         :     Untuk mengetahui kadar Alkali phosphat
C.     Metode                        :     Optimised Standard Methode sesuai dengan rekomendasi 
                                          DGKC.
D.    Prinsip                         :     p – Nitrophenyl phosphate + H2O <===> phosphatase
                                                                                                + p - nitrophenol
E.     Reagen                        :     1. Reagen Buffer
2. Larutan Substrat
F.      Bahan                          :     Serum, plasma heparin atau EDTA
G.    Alat                             :     Tabung reaksi , mikropipet 20 µl , 1000 µl, blue and yellow tip,
                                          beacker glass, fotometer
H.    Cara kerja                    :
·      Filter                   : 405 nm
·      Program              :  K20
·      Tebal kuvet         :  1 cm
·      Temperature       :  20-25C
·      Pengukuran terhadap udara
·      Faktor                 :  2757

Test
Reagen Kerja
1000 µl
Sampel
20  Âµl
Campur, ukur absorbans dan pada saat bersamaan jalankan stopwatch. Ulangi pengukuran setelah 1, 2 dan 3 menit.




I.       Nilai normal dalam serum atau plasma :
Wanita             : 64 – 306 U/L
Pria                  : 80 – 306 U/L




PEMERIKSAAN SGOT
1.      Tujuan                        : Untuk mengetahui kadar SGOT di dalam darahseseorang secara                                         fotometris.
2.      Metode Pemeriksaan : Modifikasi IFCC
3.      Prinsip                                  : NADH dioksidasi menjadi NAD+  menghasilkan penurunan absorben pada                                                 340nm  yang secara langsung sebanding dengan aktivitas GOT(Glutamin                                                         Okdaloasetat Transaminase)
4.      Reaksi                        : L-Aspartat + 2-oxoglutarate
GOT Oxaloacetate + L-GlutamateOxaloacetate + NADH + H+
                                     MDH L-Malate + NAD + H
5.      Reagen                       :
a.       Aquadest
b.      Reagen 1
c.       Reagen 2
7. Alat                              :
§  Tabung reaksi
§  Rak tabung reaksi
§  Mikropipet  100cc , 200cc , 1000cc
§  Fotometer
8. Prosedur                      :
a.       Pembuatan Reagen Kerja
Reagen 1 = 800 u/L + Reagen 2 = 200 u/L . Perbandingan = 4 : 1
b.      Prosedur Kerja
Sampel
100 u/L
Reagen Kerja
1000 u/L


c.       Pengukuran
·         Program                     : Kinetik 2
·         Panjang Gelombang : 340nm
·         Suhu                          : 37◦C
·         Faktor                        : 1745
d.      Homogenkan , baca absorbansi terhadap udara setelah 1 menit dan jalankan timer . Baca absorbansi lagi setelah tepat 1, 2, dan 3 menit
e.       Nilai Normal : Laki – Laki = <37 u/L , Perempuan = < 31 u/L






PEMERIKSAAN SGPT
Tujuan
untuk mengetahui fungsi hati
Metode
IFCC (International Federation of Clinical Chemistry
Prinsip
metode kinetik untuk mengukur akivitas ALAT berdasarkan rekomendasi Expert Panel of the IFCC(International Federation of Clinical Chemistry)
Reaksi
2-Oxoglutarate + L-alanine    GPT→L-glutamate + pyruvate
Pyruvate + NADH + H   → LDH    L-lactate + NAD
Bahan
Serum,plasma Heparin atau EDTA.Hindari hemolisa!
Alat
-        Fotometer 4010
-        Pipet automatic 200ul,1000ul,100ul
-        Stopwatch
-        Cuvet


Cara kerja
-        Panjang gelombang : Hg 365nm,340nm,atau 334nm
-        Celah optic : 1cm
-        Suhu : 25-37°C
-        Pengukuran : terhadap udara (penurunan absorbans)
Hangatkan reagen dan cuvet pada suhu yang dikehendaki.Suhu harus dijaga konstan( ±0,5°C) selama pemeriksaan.

Prosedur 1 dengan start sampel
Pipet ke dalam cuvet
25°C atau 30°C
37°C
Sampel
200ul
100ul
Reagen kerja
1000ul
1000ul
Campur,baca absorbans setelah 1 menit dan jalankan stopwatch.
Baca absorbans lagi tepat setelah 1,2 dan 3 menit

            Prosedur 2 dengan start reagen
Pipet ke dalam cuvet
25°C,30°C
37°C
Sampel
200ul
100ul
Reagen 1
1000ul
1000ul
Campur,inkubasi selama 5 menit dan jalankan stopwatch
Reagen 2
250ul
250ul
Campur,baca absorbans setelah I menit dan jalankan stopwatch.
Baca absorbans lagi tepat setelah 1,2,3 menit.


Perhitungan/Interpretasi hasil
Untuk perhitungan absorbans per menit dalam 0,06-0,08 (Hg 365nm) atau 0,12-0,16 (Hg 334,340nm) , prosedur 1+2 pengukuran hanya dari 2 menit pertama digunakan untuk (1 menit inkubasi,2 menit pengukuran).Hitung aktivias GPT dalam sampel menggunakan factor berikut:
            Prosedur 1 dengan start sampel

Hg 334nm
Hg 340nm
Hg 365nm
Ul (25°C,30°C)
971
952
1765
Ul (37°C)
1780
1745
3235

            Prosedur 2 dengan start reagen

Hg 334nm
Hg 340nm
Hg 365nm
Ul (25°C,30°C)
1173
1151
2132
Ul (37°C)
2184
2143
3971

Nilai rujukan
Suhu
25°C
30°C
37°C
Pria
22ul
30ul
42ul
Wanita
17ul
23ul
32ul