TUGAS MAKALAH KIMIA KLINIK (siklus kreb)
TUGAS MAKALAH KIMIA KLINIK
Oleh
E.11
Kelompok I
ASMAL ARDIANTO
Program Studi DIII Analis Kesehatan
Universits Indonesia Timur
Makassar 2012/2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.Karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan. karya
ilimiah ini merupakan salah satu syarat dalam ketuntasan nilai mata pelajaran “ KIMIA KLINIK”
Kami
selaku penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai
pihak yang membantu dalam penyusunannya. Mungkin makalah ini tidak
rampung oleh karena itu kami selaku penulis mengucapkan banyak terimah
kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami khususnya Guru
pembimbing kami, “ Yang telah memberikan arahan dalam penyusunan makalah ini.
Sangat
kami sadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, namun kami telah berusaha semampunya untuk memberikan yang
terbaik. Dan kami sadari selaku manusia biasa yang tidak akan pernah
luput dari kesalahan oleh karena itu kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya jika ada kesalahan dan kekurangan.
Makassar, 28 Maret 2013
Penyusun
Kelompok 2
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar Isi
Bab I………………………………………………………………………………………...
SIKLUS KREB……………………………………………………………………………
Pendahuluan…………………………………………………………………………………
A.Latar Belakang………………………………………………………………………..
B.Fungsi Utama siklus Kreb…………………………………………………………….
C.Reaksi Siklus Kreb……………………………………………………………………
D.Tanggapan Reaksi siklus Kreb…………………………………………………………..
E.Hasil Siklus Kreb………………………………………………………………………
F.Regulasi Siklus asam Sitrat…………………………………………………………….
a.Kontrol regulasi………………………………………………………………………..
b.Regulasi Siklus Asam Sitrat…………………………………………………………..
G.Sifat Amfibolik Siklus Asam Sitrat……………………………………………………..
a.Pintasan yang menggunakan senyawa intermidiete siklus asam sitrat…………………
b.Sifat amfibolik yang dimiliki oleh siklus Asam Sitrat berkaitan dengan reaksi
analplerotik……………………………………………………………………………..
c.Masuknya asam amino ke dalam siklus Krebs………………………………………….
H.Reaksi-reaksi anaplerotik…………………………………………………………………
a.Piruvat karboksilase…………………………………………………………………….
b.Enzim malat…………………………………………………………………………..
c.Kompartementalisasi mitokondria…………………………………………………….
d.Ringkasan permeabilitas membrane…………………………………………………..
e.Translokase atau enzim sistem transport……………………………………………..
Bab II…………………………………………………………………………………………..
DIABETES MELLITUS............................................................................................................
Pendahuluan……………………………………………………………………………………
A.Latar Belakang……………………………………………………………………………
1.1Rumusan Masalah………………………………………………………………………..
1.2.Tujuan…………………………………………………………………………………….
1.3.Manfaat………………………………………………………………………………..
B. Penyebab Diabetes Melitus………………………………………….............................
C. Faktor Diabetes Mellitus …………………………………………………………….
D. Tanda dan Gejala………………………………………………………………….....
E.Gula
Darah..........................................................................................................................
Bab I
SIKLUS KREB
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Siklus
krebs merupakan tahap kedua respirasi aerob. Nama siklus ini berasal
dari orang yang menemukan secara rinci tahap kedua respirasi aerob ini,
yaitu Hans Krebs ( tahun 1930-an) Siklus ini disebut juga siklus asam
sitrat. Siklus
asam sitrat (siklus kreb, siklus asam dikarboksilat) merupakan
rangkaian reaksi didalam mitokondria yang menyebabkan metabolisme residu
asetil, dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hydrogen yang
pada oksidasi menyebabkan pelepasan dan penangkapan sebagian besar
energi yang tersedia di bahan bakar jaringan, dalam bentuk ATP. Residu
asetil ini berada dalam bentuk asetil-KoA (CH3−CO~S−KoA, asetat aktif) suatu ester koenzim A. Ko-A mengandung vitamin asam pantotenat. Tahap
awal siklus Krebs adalah 2 molekul asam piruvat yang dibentuk pada
glikolisis meninggalkan sitoplasma dan memasuki mitokondria. Siklus
Krebs terjadi di dalam mitokondria. Selama reaksi tersebut dilepaskan 3
molekul karbondioksida, 4 NADH, 1 FADH2 ( Flavin Adenine Dinucleotide H2), dan 1 ATP. Reaksi ini terjadi 2 kali karena pada pada glikolisis, lukosa dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat.
Jadi siklus Krebs merupakan reaksi tahap kedua dalam respirasi aerob yang menghasilkan 8 NADH, 2 FADH2 Dan 2 ATP.
B.FUNGSI UTAMA SIKLUS KREB
1. Menghasilkan karbondioksida terbanyak pada jaringan manusia.
2. Menghasilkan sejumlah koenzim tereduksi yang menggerakkan rantai pernapasan untuk produksi ATP
3. Mengkonversi sejumlah energi serta zat intermidiet yang berlebihan untuk digunakan pada sintesis asam lemak.
4. Menyediakan sebagian bahan keperluan untuk sintesis protein dan asam nukleat.
5. Melakukan
pengendalian langsung (produk → bakal produk) atau tidak langsung
(alosterik) terhadap sistem enzim lain melalui komponen-komponen siklus.
C.REAKSI SIKLUS KREB
Siklus
reaksi diawali dengan reaksi antara asetil KoA dan (2C) dan asam
oksaloasetat (4C) yang menghasilkan asam trikarboksilat, sitrat.
Selanjutnya sejumlah 2 molekul atom CO2 dirilis dan
teregenerasi. Sebenarnya hanya sedikit oksaloasetat yang dibutuhkan
untuk menginisiasi siklus asam sitrat sehingga oksaloasetat dikenal
dengan perannnya sebagai agen katalitik pada siklus Krebs.
D.TAHAPAN REAKSI SIKLUS KREB
Tahap 1. Sitrat Sintase (hidrolisis)
Kondensasi
merupakan reaksi penggabungan molekul asetil-CoA dengan oksaloasetat
membentuk asam sitrat. Enzim yang bekerja dalam reaksi ini adalah enzim
asam sitrat sintetase.
Asetil KoA + oksaloasetat + H2O → sitrat + KoA-SH
Merupakan reaksi kondensasi aldol yg disertai hidrolisis dan berjalan searah
Klinis: sitrat sintase sangat spesifik terhadap zat yang dikerjakan. Flouroasetil KoA dapat menggantikan gugus –asetil KoA. Flourosasetat kadang digunakan sebagai racun tikus. Bila termakan dapat berakibat fatal
Tahap 2. Aconitase, memerlukan 2 tahap
Tahapan ini dibantu oleh enzim aconitase, yang menghasilkan isositrat.Sitrat diubah menjadi isositrat oleh enzim akonitase yg mengandung Fe++
Caranya
: mula-mula terjadi dehidrasi menjadi cis-akonitat ( yg tetap terikat
enzim ) kemudian terjadi rehidrasi menjadi isositrat.
Tahap 3. Isositrat Dehidrogenase (dekarboksilasi pertama)
Isositrat dioksidasi menjadi oksalosuksinat (terikat enzim) oleh isositrat dehidrogenase yg memerlukan NAD+. Reaksi ini diikuti dekarboksilasi oleh enzim yg sama menjadi α-ketoglutarat. Enzim ini memerlukan Mn++ / Mg++ .
Tahap 4. α-ketoglutarat dehidrogenase kompleks (dekarboksilasi)
Dekarboksilasi
oksidatif α-ketoglutarat (caranya seperti pada dekarboksilasi oksidatif
piruvat) menjadi suksinil KoA oleh enzim α-ketoglutarat dehidrogenase
kompleks.
Enzim ini memerlukan kofaktor seperti : TPP, Lipoat,NAD+, FAD dan KoA-SH
Reaksi ini secara fisiologis berjalan searah
Ø Klinis: Reaksi ini dapat dihambat oleh arsenit mengakibatkan akumulasi atau penumpukan α-ketoglutarat.
Tahap 5. suksinat thikonase (fosforilasi tingkat substrat)
Suksinil KoA→Suksinat
Reaksi ini memerlukan ADP atau GDP yg dengan Pi akan membentuk ATP atau GTP. Juga memerlukan Mg++.
Reaksi ini merupakan satu-satunya dalam TCA cycle yg membentuk senyawa fosfat berenergi tinggi pada tingkat substrat.
Pada
jaringan dimana glukoneogenesis terjadi ( hati & ginjal) terdapat 2
jenis isozim suksinat thiokonase, satu jenis spesifik GDP, satu jenis
untuk ADP.
Pada jaringan nonglukoneogenik hanya ada isozim yg menggunakan ADP.
Tahap 6: Suksinat dehidrogenase (dehidrogenasi & oksidasi)
Suksinat + FAD→ Fumarat + FADH2
Reaksi ini tdak lewat NAD,
Ø Klinis: dihambat oleh malonat, asam dikarboksilat berkarbon 3. Suksinat dapat tertimbun dan pernapasan terhambat
Tahap 7 : . Hidrasi dan regenerasi oksaloasetat
Dua
tahapan ini merupakan akhir dari Siklus Krebs. Hidrasi merupakan
penambahan atom hidrogen pada ikatan ganda karbon (C=C) yang ada pada
fumarat sehingga menghasilkan malat. Malat dehidrogenase mengubah malat
menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat yang dihasilkan berfungsi untuk
menangkap asetil-CoA, sehingga siklus Krebs akan terus berlangsung.
Adapun hasil dari Siklus Krebs adalah ATP, FADH2, NADH dan CO2. Siklus akan menghasilkan 2 molekul CO2,
yang dilepaskan. Jumlah molekul NADH yang dihasilkan adalah 6 molekul,
sedangkan FADH adalah 2 molekul. ATP yang diproduksi secara langsung ada
sebanyak 2 molekul, yang merupakan hasil dari reaksi fosforilasi
tingkat substrat. FADH2 dan NADH adalah molekul yang
digunakan dalam tahapan transpor elektron. Setiap molekul NADH akan
dioksidasi lewat transpor elektron sehingga menghasilkan 3 ATP per
molekul, sedangkan satu molekul FADH2 menghasilkan 2 molekul ATP.
Tahap 8: Malat dehidrogenase
L-Malat + NAD+ → Oksaloasetat + NADH + H+
Reaksi ini membentuk kembali oksaloasetat.
Terdapat 6 isozim MDH, 50% isozim MDH adalah tipe IV
Ø Klinis:
kerusakan jaringan seringkali mengakibatkan kenaikan MDH tetapi
pemeriksaan MDH tidak lazim dilakukan, karena lebih mudah untuk
memeriksa dengan LDH .
E.Hasil Siklus Krebs
Pada
akhir siklus Krebs ini akan terbentuk kembali asam oksaloasetat yang
berikatan dengan molekul asetil koenzim A yang lain dan berlangsung
kembali siklus Krebs, karena selama reaksi oksidasi pada molekul glukosa
hanya dihasilkan 2 molekul asetil koenzim A, maka siklus Krebs harus
berlangsung sebanyak dua kali. Selain dihasilkan energi pada siklus
Krebs, juga dihasilkan hidrogen yang direaksikan dengan oksigen
membentuk air. Jadi hasil bersih dari oksidasi 1 molekul glukosa akan
dihasilkan 2 ATP dan 4 CO2 serta 8 pasang atom H yang akan masuk ke rantai transpor elektron.
F.Regulasi siklus Asam Sitrat diatur oleh:
Ø Citrate Synthase
Ø Isocitrate dehydrogenase
Ø α-ketoglutarate dehydrogenase
Konsumsi oksigen, reoksidasi NADH, dan produksi ATP yang dikoupling.
a.Kontrol regulasi:
1. Ketersediaan substrat – oxaloacetate menstimulasi sitrat sintase
2. Inhibis
produk- substrat sitrat berkompetisi dengan oksaloasetat untuk sitrat
sintase, NADH menginhibisi isositrat dehidrogenase dan α-ketoglutarate
dehydrogenase, succinyl-CoA menginhibisi α-ketoglutarate dehydrogenase.
3. Inhibisi
feedback kompetitif - NADH menginhibisi sitrat sintase, suksinil KoA
berkompetisi dengan asetil KoA pada reaksi sitrat sintase.
Regulator penting:
Substrat -acetyl-CoA dan oksaloasetat memproduksi – NADH
b.Regulasi Siklus Asam Sitrat
ü Kontrol allosterik dari siklus enzim
ü Isocitrate dehydrogenase
ü α-ketoglutarate dehydrogenase
ü pyruvate dehydrogenase phosphatase
ü ADP - allosteric activator dari isocitrate dehydrogenase
ü ATP - inhibibis isocitrate dehydrogenase
ü Ca2+ - activasi pyruvate dehydrogenase phosphatase,
ü Isocitrate dehydrogenase, α-ketoglutarate dehydrogenase
G.SIFAT AMFIBOLIK SIKLUS ASAM SITRAT
Siklus
asam sitrat bersifat amfibolik, yang artinya memiliki dua sifat yaitu
anabolik (sintesis molekul untuk menjadi senyawa yang lebih kompleks)
maupun katabolik (pemecahan molekul menjadi molekul yang lebih
sederhana) hal ini disebabkan karena senyawa intermidiete harus
digantikan.
a.Pintasan yang menggunakan senyawa intermidiete siklus asam sitrat adalah:
1. Biosintesis glukosa (glukoneogenesis) –oxaloacetate.
(yang ditransportasikan sebagai malate)
2. Biosintesis lipid -acetyl-CoA from ATP-citrate lyase.
ATP + citrate + CoA → ADP + Pi + oxaloacetate + acetyl-CoA
3. Biosintesis asam amino - α-ketoglutarate (dehidrogenasi atau transaminasi dari glutamate) dan transaminasi oxaloacetate.
4. Biosintesi porfirin - succinyl-CoA.
b.Sifat
amfibolik yang dimiliki oleh siklus Asam Sitrat berkaitan dengan reaksi
anaplerotik yang berperan menggantikan senyawa intermidiet siklus Krebs
yang habis:
· Pyruvate carboxylase
Pyruvate oxaloacetate + ADP + Pi.Ã + CO2 + ATP + H2O
· Oksidasi asam lemak - succinyl-CoA.
· Katabolisme (Ile, Met, Val) - succinyl-CoA.
· Transaminasi dan deaminasi asam amino untuk menjadi - α- ketoglutarate dan oxaloacetate.
ATP dapat dihasilkan:
3 NADH = 9ATP
FADH2 = 2ATP
GTP = 1ATP+
TOTAL = 12ATP
c.Masuknya asam amino ke dalam siklus Krebs
Transaminasi
asam amino oksaloasetat dan α-ketoglutarat mengandung rantai karbon
yang homolog dengan asam amino aspartat dan glutamat. Piruvat juga
homolog dengan alanin. Persediaan asam amino ini melebihi keperluan
biosintesis protein, kelebihannya dapat segera diubah menjadi zat-antara
siklus Krebs dan oksidasi kerangka karbonnya dapat menghasilkan energi.
Sebaliknya,
asam-asam amino ini diperlukan misalnya untuk biosintesis,
pembentukannya menggunakan analog asam keto yang didaur Krebs. Sehingga,
demikian, daur Krebs yang biasa diartikan sebagai jalur katabolik dalam
keadaan tertentu mempunyai fungsi anabolik.
Interkonversi
reversible antara asam α-amino dan α-keto dikatalisis oleh
transaminase, aminotransferase yang berperan sebagai perantara
pertukaran gugus karbonil dan gugus amino antara oksaloasetat glutamat
dan piruvat glutamat.
H.Reaksi-reaksi anaplerotik
Pengisian
kekurangan/reaksi anaplerotik dibutuhkan untuk menjamin kecukupan
zat-antara siklus Krebs. Hal ini diperlukan karena siklus Krebs dapat
mengalami kekurangan zat intermidiet, diakibatkan karena peningkatan
biosintesis aspartat dan glutamat. Keperluan akan zat antara dapat
meningkat akibat jika terdapat sejumlah besar piruvat atau asetil KoA
sehingga menipiskan oksaloasetat sebagai reseptor yang diperlukan pada
sintesis sitrat.
a. Piruvat karboksilase.
Pada kondisi dibebaskannya epinefrin sebagai akibat tekanan emosi dapat
dibentuk piruvat dari glukosa dan asetil KoA dari asam lemak dapat
dibentuk dalam jumlah yang besar.
Pada kondisi demikian, piruvat yang berlebih, akan diubah menjadi enzim alosterik dengan asetil KoA sebagai efektor positif.
Konsentrasi
asetil KoA yang tinggi akan mengaktifkan piruvat karboksilase untuk
sintesis oksaloasetat. Pada tahapan berikutnya, oksaloasetat menerima
gugus asetil KoA sehingga terbentuk sitrat yang sekarang dihasilkan
lebih banyak dari biasa
b. Enzim malat. Reaksi
ini akan merubah sebagian besar piruvat dari piruvat yang masuk menjadi
malat melalui reaksi karboksilasi reduktif. Malat yang merupakan
produksi tambahan dengan mudah diubah menjadi oksaloasetat.
Di
antara kedua jalur anaplerotik ini lebih diutamakan jalur piruvat
karboksilase, Enzim malat namun demikian lebih reversibel dan
menghasilkan lebih banyak NADPH yang diperlukan pada sintesis asam
lemak.
c.Kompartementalisasi mitokondria .
Untuk
kelangsungan fungsi mitokondria yang normal diperlukan kadar zat antara
yang mencukupi kerja enzim dan juga adanya keseimbangan osmotik dan ion
antara mitokondria dan sitosol. Tidak semua zat dalam sitosol dapat
menembus mitokondria; contoh enzim sitosol (karena ukuran yang terlalu
besar).
Koenzim sitosol, seperti NAD+ dapat menembus membran luar karena ukurannya kecil, akan tetapi, tidak menembus membran dalam mitokondria.
Membran
luar mitokondria permeabel terhadap hampir semua molekul kecil dan
ruang yang terselubungi oleh membran ini dinamakan ruang-luar
mitokondria.
d.Ringkasan permeabilitas membran:
1. NAD, NADP, NADH, dan NADPH tidak menembus membran dalam mitokondria.
2. Zat
intermidiete daur Krebs dapat bergerak dari luar dan ke dalam
mitokondria dengan beberapa pengecualiaan, biasanya dengan perantaran
translokase.
3. Asam amino yang dapat menghasilkan zat-antara daur Krebs atau piruvat dapat juga tembus ke ruang-dalam mitokondria.
4. ATP dan ADP dapat menembus dengan translokase khusus.
e.Translokase atau enzim sistem transport
Memiliki
sifat mirip dengan enzim yang bekerja pada larutan, akan tetapi karena
kerjanya bukan mengkatalisis reaksi namun mengakibatkan perubahan muatan
kovalen substrat sehingga seringkali tidak digolongkan sebagai enzim.
Konsep translokase ini menggarisbawahi konsep bahwa gerakan zat yang
keluar-masuk mitokondria sangat teratur dan terkontrol. Setiap
translokase merupakan sistem mandiri dan ada kerja-sama antar sistem.
BAB II
DIABETES MELLITUS
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Diabetes
Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut
sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya
sebagai penyakit gula atau kencing manis.Sebelum menjelaskan lebih
lanjut soal penyebab dan cara perawatan pasien diabetes melitus ada
baiknya kita simak dulu definisi mengenai diabetes melitus itu sendiri.
Diabetes
mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)
akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diagnosis Diabetes Melitus kadar lukosa darah > 140 mg/100ml pada 2 kali pemeriksaan terpisah
.
Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa
secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang akhir-akhir ini semakin banyak dijumpai. Penyakit Diabetes Melitus
juga sering kita sebut dengan istilah kencing manis atau penyakit gula
darah. Penyakit yang satu ini termasuk jenis penyakit kronis yang tanda
awalnya yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh. Organ tubuh yang terganggu
adalah pankreas yang mana sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Pankreas sudah tidak mampu memproduksi hormon insulin dalam memenuhi kebutuhan tubuh. Insulin adalah sejenis hormon jenis polipeptida yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Fungsi utama insulin
ialah untuk menjaga keseimbangan glukosa dalam darah dan bertindak
meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel badan. Kegagalan tubuh untuk
menghasilkan insulin, atau jumlah insulin yang tidak mencukupi akan
menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh dan digunakan oleh
sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam tubuh). Dengan
demikian glukosa meningkat di dalam darah menyebabkan berlakunya
penyakit kencing manis juga dikenal sebagai Diabetes Melitus.
1.1.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
2. Apa Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus?
4. Bagaimana Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus?
5.Bagaimana Penatalaksanaan Diabetes Melitus?
6.Bagaimana Konsep Dasar Nyeri( Pengertian, Fisiologi, Klasifikasi, Etiologi )?
1.2.Tujuan
Adapun Tujuannya Yaitu :
.2. Mengetahui Definisi Dan Penyebab Dari Diabetes Melitus.
3. Mengetahui Patofisiologi Diabetes Melitus.
4. Mengetahui Tanda Dan Gejala Diabetes Melitus.
5. Mengetahui Penatalaksanaan Diabetes Melitus.
1.3 Manfaat
Manfaatnya yaitu :
Kami sebagai mahasiswa dapat mengetahui mulai dari definisi, penyebab, patofisiologi, tanda
dan gejala, Penatalaksanaan, serta konsep dasar nyeri dari diabetes mellitus.
Selain kami juga dapat mengetahui Asuhan Keperawatan dari Contoh Kasus Diabetes Mellitus.
B. Penyebab Diabetes Melitus
1) Banyak Mengkonsumsi Makanan yang Mengandung Gula
Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal tersebut sangat mudah di jumpai seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain. Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula. Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman tersebut tidak pernah kita ketahui berapa takarannya. Berbeda jika kita minum teh atau kopi buatan sendiri, yang sudah diketahui berapa sendok teh takarannya. Kita boleh minum teh manis dan kopi selama dalam batas yang wajar.
Kita semakin sulit menghindari makanan yang mengandung gula, hal tersebut sangat mudah di jumpai seperti es krim, sirup, minuman dalam kemasan, permen, aneka jajanan kue dan lain-lain. Semua makanan dan minuman tersebut kadang tanpa kita sadari mengandung banyak gula. Yang patut diwaspadai adalah gula yang terkandung dalam makanan dan minuman tersebut tidak pernah kita ketahui berapa takarannya. Berbeda jika kita minum teh atau kopi buatan sendiri, yang sudah diketahui berapa sendok teh takarannya. Kita boleh minum teh manis dan kopi selama dalam batas yang wajar.
2) Kurang tidur
Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok mempunyai resiko terkena penyakit diabetes. Oleh karena itu hindarilah kebiasaan begadang, istirahatlah secara cukup, yaitu 8 jam dalam sehari agar tubuh dapat fit kembali.
Kurang tidur dapat menyebabkan berkurangnya sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terserang penyakit. Selain itu kebiasaan begadang sambil minum kopi dan merokok mempunyai resiko terkena penyakit diabetes. Oleh karena itu hindarilah kebiasaan begadang, istirahatlah secara cukup, yaitu 8 jam dalam sehari agar tubuh dapat fit kembali.
3) Makan terlalu banyak karbohidrat dari nasi atau roti
Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan terlalu banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes.
Perlu Anda ketahui bahwa tubuh mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengolah makanan yang Anda makan. Jika Anda makan terlalu banyak karbohidrat, maka tubuh akan menyimpannya dalam bentuk gula dalam darah (glikogen). Jika hal ini berlangsung setiap hari, maka dapat dibayangkan besarnya penumpukan glikogen yang disimpan dalam tubuh. Inilah pemicu awal terjadinya gejala diabetes.
4) Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum minuman beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang tidak baik selain minum minuman beralkohol. Merokok dapat menjadi pemicu terjadinya diabetes. Selain merusak paru-paru, merokok juga dapat merusak hati dan pankreas dimana hormon insulin diproduksi sehingga dapat mengganggu produksi insulin di dalam kelenjar pankreas.
5) Kurangnya Aktivitas Fisik
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada dikantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih.
Sebagai pencegahan, Anda dapat memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja. Misalnya jalan kaki ketika berangkat ke kantor, naik tangga, melakukan senam ringan sehabis duduk terlalu lama dan lain-lain.
6) Faktor Keturunan
Diabetes juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetika. Biasanya jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang sama. Para ahli diabetes telah sepakat menentukan persentase kemungkinan terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orang tuanya (bapak dan ibu) menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 83%. Jika salah satu orang tuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika kedua orang tuanya normal/tidak menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 15%.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit diabetes, yaitu : pola makan yang salah, gaya hidup yang kurang sehat, umur, dan kelainan genetik. Sedapat mungkin kita harus mengurangi atau bahkan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu terjadinya diabetes.
Gaya hidup naik mobil ketika berangkat kerja, naik lift ketika berada dikantor, duduk terlalu lama di depan komputer serta kurangnya aktivitas fisik lainnya membuat sistem sekresi tubuh berjalan lambat. Akibatnya terjadilah penumpukan lemak di dalam tubuh yang lambat laun berat badan menjadi berlebih.
Sebagai pencegahan, Anda dapat memperbanyak aktivitas fisik selama bekerja. Misalnya jalan kaki ketika berangkat ke kantor, naik tangga, melakukan senam ringan sehabis duduk terlalu lama dan lain-lain.
6) Faktor Keturunan
Diabetes juga dapat disebabkan karena faktor keturunan atau genetika. Biasanya jika ada anggota keluarga yang menderita diabetes, maka kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang sama. Para ahli diabetes telah sepakat menentukan persentase kemungkinan terjadinya diabetes karena keturunan. Jika kedua orang tuanya (bapak dan ibu) menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 83%. Jika salah satu orang tuanya (bapak atau ibu) adalah penderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 53%. Sedangkan jika kedua orang tuanya normal/tidak menderita diabetes, maka kemungkinan anaknya menderita penyakit diabetes yaitu 15%.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita penyakit diabetes, yaitu : pola makan yang salah, gaya hidup yang kurang sehat, umur, dan kelainan genetik. Sedapat mungkin kita harus mengurangi atau bahkan menghindari kebiasaan-kebiasaan buruk yang dapat memicu terjadinya diabetes.
C. Tanda dan Gejala
Gejala
umum penderita dengan gangren diabetik, sebelum terjadi luka keluhan
yang timbul adalah berupa kesemutan atau keram, rasa lemah dan baal pada
tungkai dan nyeri pada waktu istirahat.Akibat dari keluhan ini, apabila
penderita mengalami trauma atau luka kecil hal tersebut tidak
dirasakan.Luka tersebut biasanya disebabkan karena penderita tertusuk
atau terinjak paku kemudian timbul gelembung pada telapak kaki. Kadang
menjalar sampai punggung kaki dimana tidak menimbulkan rasa nyeri
sehingga bahayanya mudah terjadi infeksi pada gelembung tersebut dan
akan menjalar dengan cepat (Subjahyo A,1998). Apabila luka tersebut
tidak sembuh-sembuh. Biasanya gejala yang menyertai adalah kemerahan
yang makin meluas, rasa nyeri makin meningkat, panas badan dan adanya
nanah yang makin banyak serta adanya bau yang semakin tajam.
1. Pembentukan diabetes yang penting adalah dikarenakan :kurangnya produksi insulin
(diabetes mellitus tipe 1, yang pertama dikenal), atau kurang
sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (diabetes mellitus tipe 2,
bentuk yang lebih umum). Selain itu, terdapat jenis diabetes mellitus
yang juga disebabkan oleh resistansi insulin yang terjadi pada wanita hamil.
Tipe 1 membutuhkan penyuntikan insulin, sedangkan tipe 2 diatasi dengan
pengobatan oral dan hanya membutuhkan insulin bila obatnya tidak
efektif. Diabetes mellitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan
sendirinya setelah persalinan.
2. Pemahaman dan partisipasi pasien sangat penting karena tingkat glukosa darah berubah terus, karena kesuksesan menjaga gula darah dalam
batasan normal dapat mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Faktor
lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah: berhenti merokok, mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontroltekanan darah tinggi, dan melakukan olah ragateratur.
Gejala-gejala diabetes mellitus :
a. Gejala akut
Pada permulaan :
Banyak makan (poifagia)
Banyak minum (polidipsia)
Banyak kencing (poliuria)
Penderita menunjukan berat badan terus naik dan tambah gemuk karena jumlah insulin masih mencukupi
b. Gejala kurang insulin :
Polidipsia dan poliuria
Nafsu makan berkurang
Kadang timbul rasa mual jika glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai :
Banyak minum dan kencing
BB turun 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu
Mudah lelah
Bila tidak diobati penderita akan merasa mual bahkan akan jatuh koma
disebut koma diabetic akibat glukosa terlalu tinggi > 600 mg/dl.
c. Gejala kronik
Gejala ini biasa muncul sesudah beberapa bulan atau tahun mengidap DMGejala antara lain :
Kesemutan
Kulit terasa panas atau seperti di tusuk jarum
Rasa tebal di kulit
Kram
Capai
Mudah ngantuk
Mata kabur (sering ganti kaca mata)
Gatal disekitar kemaluan terutama wanita
Para ibu hamil sering mengalami keguguran dengan berat badan lahir 4 kg
Kepekaan genetic
Peristiwa lingkungan (benda asing) mengawali proses pada individu yang peka
Respon radang pancreas yang disebut “ insulitis”. Sel yang menyerbuk pulau-pulau adalah limfosit T aktif
Aktifasi auto imunitas. Perubahan pada permukaan sel-sel beta, sehingga
oleh sistenm imun dikenal seabagai “ non-self” (asing)
Timbul respon imun. Antibody sitotoksit menyerang sel beta (lebih dari 90%) DM
d. Stadium
1. Stadium luka
a) Anatomi kulit
Partial Thickness : hilangnya lapisan epidermis hingga lapisan dermis paling atas.
Full Thickness : hilangnya lapisan sub kutan.
Stadium I : kulit berwarna merah, belum tampak adanya lapisan epidermis
Stadium II : hilangnya lapisan epidermis/lecet sampai batas dermis paling atas.
Stadium III : rusaknya lapisan dermis bagian bawah hingga lapisan sub kutan
Stadium IV : rusaknya lapisan sub kutan hingga otot dan tulang
b) Warna dasar luka
Red/merah : (pink/merah/merah tua) disebut jaringan sehat, granulasi/epiteisasi, vaskulerisasi
Yellow/kuning : (kuning muda/kuning kehijauan/kuning tua/kuning
kecoklatan) disebut jaringan mati yang lunak, fibrinolitik, slough,
avaskularisasi.
Black/hitam : jaringan nekrosis, avaskularisasi
c) Stadium Wagner untuk luka diabetic
1. Superficial ulcers
Stadium O : tidak terdapat lesi. Kulit dalam keadaan baik, tapi dengan
bentuk tulang kaki yang menonjol/charcot arthropathies
Stadium I : hilang lapisan kulit hingga dermis dan kadang-kadang tampak menonjol.
2. Deep ulcers
Stadium II : lesi terbuka dengan penetrasi ke tulanh atau tendon (dengan goa)
Stadium III : penetrasi dalam, osteomyelitis, pyarthrosis, plantar abses atau infeksi hingga tendon.
3. Gangren
Stadium IV : gangrene sebagian, menyebar hingga sebagian dari jari
kaki, kulit sekitarnya selulitis, gangrene lembab/kering.
5. Penatalaksanaan
Pengobatan dan Perawatan Luka
Pengobatan
dari gangren diabetik sangat dipengaruhi oleh derajat dan dalamnya
ulkus, apabila dijumpai ulkus yang dalam harus dilakukan pemeriksaan
yang seksama untuk menentukan kondisi ulkus dan besar kecilnya
debridement yang akan dilakukan. Dari penatalaksanaan perawatan luka
diabetik ada beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain :
Mengurangi atau menghilangkan factor penyebab
Optimalisasi suanana lingkungan luka dalam kondisi lembab
Dukungan kondisi klien atau host (nutrisi, kontrol DM, kontrol faktor penyerta)
Meningkatkan edukasi klien dan keluarga
Perawatan luka diabetic :
1) Mencuci luka
Mencuci
luka merupakan hal pokok untuk meningkatkan, memperbaiki dan
mempercepat proses penyembuhan luka serta menghindari kemungkinan
terjaadinya infeksi. Proses pencucian luka bertujuan untuk membuang
jaringan nekrosis, cairan luka yang berlebihan, sisa balutan yang
digunakan dan sisa metabolik tubuh pada permukaan luka. Cairan yang
terbaik dan teraman untuk mencuci luka adalah yang non toksik pada
proses penyembuhan luka (misalnya NaCl 0,9%). Penggunaan
hidrogenperoxida, hypoclorite solution dan beberapa cairan debridement
lainnya, sebaliknya hanya digunakan pada jaringan nekrosis / slough dan
tidak digunakan pada jaringan granulasi. Cairan antiseptik seperti
provine iodine sebaiknya hanya digunakan saat luka terinfeksi atau tubuh
pada keadaan penurunan imunitas, yang kemudian dilakukan pembilasan
kembali dengan saline. (Gitarja, 1999; ).
2) Debridement
Debridement
adalah pembuangan jaringan nekrosis atau slough pada luka. Debridement
dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi atau selulitis, karena
jaringan nekrosis selalu berhubungan dengan adanya peningkatan jumlah
bakteri. Setelah debridement, jumlah bakteri akan menurun dengan
sendirinya yang diikuti dengan kemampuan tubuh secara efektif melawan
infeksi. Secara alami dalam keadaan lembab tubuh akan membuang sendiri
jaringan nekrosis atau slough yang menempel pada luka (peristiwa
autolysis). Autolysis adalah peristiwa pecahnya atau rusaknya jaringan
nekrotik oleh leukosit dan enzim lyzomatik. Debridement dengan sistem
autolysis dengan menggunakan occlusive dressing merupakan cara teraman
dilakukan pada klien dengan luka diabetik. Terutama untuk menghindari
resiko infeksi.(Gitarja W, 1999).
Membuang
jaringan nekrosis/slough (support autolysis ), kontrol terhadap
infeksi/terhindar dari kontaminasi, nyaman digunakan dan menurunkan rasa
sakit saat mengganti balutan dan menurunkan jumlah biaya dan waktu
perawatan (cost effektive). Jenis balutan: absorbent dressing,
hydroactive gel, hydrocoloid. (Gitarja, 1999; hal. 16).
Selain
pengobatan dan perawatan diatas, perlu juga pemeriksaan Hb dan albumin
minimal satu minggu sekali, karena adanya anemia dan hipoalbumin akan
sangat berpengaruh dalam penyembuhan luka. Diusahakan agar Hb lebih 12
g/dl dan albumin darah dipertahankan lebih 3,5 g/dl. Dan perlu juga
dilakukan monitor glukosa darah secara ketat, Karena bila didapatkan
peningkatan glukosa darah yang sulit dikendalikan, ini merupakan salah
satu tanda memburuknya infeksi yang ada sehingga luka sukar sembuh.
Untuk
mencegah timbulnya gangren diabetik dibutuhkan kerja sama antara
dokter, perawat dan penderita sehingga tindakan pencegahan, deteksi dini
beserta terapi yang rasional bisa dilaksanakan dengan harapan biaya
yang besar, morbiditas penderita gangren dapat ditekan
serendah-rendahnya.Upaya untuk pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyuluhan dimana masing masing profesi mempunyai peranan yang saling menunjang.
Dalam memberikan penyuluhan pada penderita ada beberapa petunjuk perawatan kaki diabetik (Sutjahyo A, 1998; hal. 8).
Gunakan sepatu yang pas dan kaos kaki yang bersih setiap saat berjalan dan jangan bertelanjang kaki bila berjalan
Cucilah kaki setiap hari dan keringkan dengan baik serta memberikan perhatian khusus pada daerah sela-sela jari kaki
Janganlah mengobati sendiri apabila terdapat kalus, tonjolan kaki atau jamur pada kuku kaki
Pemilihan Jenis Pengobatan
Terapi Antibiotika
Pemberian
antibiotika biasanya diberikan peroral yang bersifat menghambat kuman
gram positip dan gram negatip.Apabila tidak dijumpai perbaikan pada luka
tersebut, maka terapi antibiotika dapat diberikan perparenteral yang
sesuai dengan kepekaan kuman.(Sutjahyo A, 1998; hal. 8).
Nutrisi
Faktor
nutrisi merupakan salah satu faktor penting yang berperan dalam
penyembuhan luka. Penderita dengan ganren diabetik biasanya diberikan
diet B1 dengan nilai gizi : yaitu 60% kalori karbohidrat, 20% kalori
lemak, 20% kalori protein. (Tjokroprawiro, A, 1998; hal. 26).
Pemilihan jenis balutan
Tujuan
pemilihan jenis balutan adalah memilih jenis balutan yang dapat
mempertahankan suasana lingkungan luka dalam keadaan lembab, mempercepat
proses penyembuhan hingga 50%, absorbsi eksudat / cairan luka yanag
keluar
berlebihanair yang digunakan untuk mecuci kaki antara 29,5 sampai 30 derajat Celsius dan diukur dulu dengan thermometer.
Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas
Langkah langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu :
Janganlah menggunakan alat pemanas atau botol diisi air panas
Langkah langkah yang membantu meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah yang harus dilakukan, yaitu :
- Hindari kebiasaan merokok
- Hindari bertumpang kaki duduk
- Lindungi kaki dari kedinginan
- Hindari merendam kaki dalam air dingin
- Gunakan kaos kaki atau stoking yang tidak menyebabkan tekanan pada tungkai atau daerah tertentu.
-
Periksalah kaki setiap hari dan laporkan bila terdapat luka, bullae
kemerahan atau tanda-tanda radang, sehingga dilakukan tindakan awal.
- Jika kulit kaki kering gunakan pelembab atau cream.
GULA DARAH PUASA
1. Definisi
Gula
darah puasa merupakan kadar gula darah ketika tidak ada satupun makanan
yang masuk ke dalam tubuh dalam jangka waktu kurang lebih delapan jam.
Kadar gula darah darah ini dapat mencapai kadar gula darah normal atau
sedikit di bawah kadar gula darah normal. Umumnya kadar gula darah yang
seperti ini ditemukan pada orang yang sedang menjalani puasa. Karenanya
puasa sering kali menjadi media bagi penderita penyakit diabetes untuk
menjadi kestabilan kadar gula darahnya. Sebelumnya telah dijelaskan
bahwa kadar gula darah puasa dapat mencapai kadar gula normal, yaitu
antara 120 mg/dL - 180 mg/dl
atau sedikit dibawah kadar gula darah norrmal tersebut. Yang perlu
dihindari adalah resiko hipoglikemia yang dapat timbul akibat rendahnya
kadar gula akibat menjalani puasa tersebut. Biasanya hal ini terjadi
pada penderita kencing manis yang sedang menjalani puasa guna menjaga
kadar gula darahnya.
Glukosa
terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen
dalam hati dan otot rangka. Insulin dan glukagon merupakan dua hormon
yang mempengaruhi kadar gula dalam darah.Insulin diperlukan untuk
transportasi glukosa ke dalam sel. Sedangkan glukagon menstimulasi
glukogenolisis (pengubahan glikogen cadangan menjadi glukosa) dalam
hati.
Penurunan
kadar gula darah (hipoglikemi) terjadi akibat asupan makanan yang tidak
adekuat (terlalu banyak). Jika terjadi peningkatan kadar gula dalam
darah berarti insulin tidak mencukupi
2. Dewasa :60-100 mg/dl
Anak :60-100 mg/dl
Lansia : 70-120 mg/dl
Anak :60-100 mg/dl
Lansia : 70-120 mg/dl
3. MasalahKlinis
- Penurunan kadar:
Reaksi
hipoglikemik (insulin berlebih), kanker (lambung, paru-paru dan hati),
malnutrisi, alkoholisme, hipofungsi kelenjar adrenal, sirosis hati,
aktivitas berat, hiperinsulinisme.
- Peningkatan kadar:
Diabetes
mellitus, asidosis metabolik, MCI akut, stress, trauma, luka bakar,
infeksi, gagal ginjal, hipotermia, aktivitas, kanker pankreas, CHF,
pembedahan lainnya
Pengaruh obat: ACTH, diuretik, obat anestesi, levodopa
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Siklus
asam sitrat (siklus kreb, siklus asam dikarboksilat) merupakan
rangkaian reaksi didalam mitokondria yang menyebabkan metabolisme residu
asetil, dengan membebaskan sejumlah ekuivalen hydrogen yang
pada oksidasi menyebabkan pelepasan dan penangkapan sebagian besar
energi yang tersedia di bahan bakar jaringan, dalam bentuk ATP. siklus Krebs merupakan reaksi tahap kedua dalam respirasi aerob yang menghasilkan 8 NADH, 2 FADH2 Dan 2 ATP.
2. Diabetes
mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang
ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia)
akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Diagnosis Diabetes Melitus kadar lukosa darah > 140 mg/100ml pada 2 kali pemeriksaan terpisah, Kegagalan
tubuh untuk menghasilkan insulin, atau jumlah insulin yang tidak
mencukupi akan menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam tubuh dan
digunakan oleh sel-sel dalam tubuh (tidak terserap oleh sel-sel dalam
tubuh). Dengan demikian glukosa meningkat di dalam darah menyebabkan
berlakunya penyakit kencing manis juga dikenal sebagai Diabetes Melitus.
3. Gula
darah puasa merupakan kadar gula darah ketika tidak ada satupun makanan
yang masuk ke dalam tubuh dalam jangka waktu kurang lebih delapan jam.
Kadar gula darah darah ini dapat mencapai kadar gula darah normal atau
sedikit di bawah kadar gula darah normal. Umumnya kadar gula darah yang
seperti ini ditemukan pada orang yang sedang menjalani puasa.
0 Response to "TUGAS MAKALAH KIMIA KLINIK (siklus kreb) "
Post a Comment