Pemeriksaan Kimia Klinik di Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium yang berdasarkan reaksi kimia dapat digunakan darah, urin
atau cairan tubuh lain. Pemeriksaan kimia darah dapat meliputi uji faal
hati, jantung, ginjal, lemak darah, kadar gula darah, kelainan pankreas,
elektrolit dan membantu menegakkan diagnosis anemi.
Uji faal hati meliputi pemeriksaan kadar protein total & albumin, bilirubin total & direk, serum glutamic oxaloacetate transaminase (SGOT) & serum glutamic pyruvate transaminase(SGPT), gamma glutamyl transferase (γ-GT), alkaline phosphatase (ALP) dan cholinesterase (CHE). Pemeriksaan protein total dan albumin sebaiknya dilengkapi dengan pemeriksaan fraksi protein serum dengan cara elektroforesis. Dengan pemeriksaan elektroforesis protein serum dapat diketahui perubahan fraksi protein di dalam darah sehingga dapat diketahui perubahan fraksi protein lebih teliti dari hanya pemeriksaan protein total dan albumin serum.
Uji faal jantung dapat dipakai pemeriksaan creatine kinase (CK), isoenzim creatine kinase yaitu CKMB, brain natriuretic peptide (BNP) dan Troponin-T. Kerusakan dari otot jantung dapat diketahui dengan pemeriksaan aktifitas CKMB, BNP dan Troponin-T. Selain itu dapat diketahui pula dengan pemeriksaan hsCRP. Pemeriksaan LDH tidak spesifik untuk kelainan otot jantung, karena hasil yang meningkat dapat dijumpai pada kerusakan jaringan lain seperti hepatitis, pankreatitis, keganasan terutama dengan metastasis, penyakit anemia hemolitik, leukemia.
Uji faal ginjal terutama adalah pemeriksaan ureum dan kreatinin. Ureum adalah produk akhir dari metabolisme protein di dalam tubuh yang dikeluarkan lewat urin sehingga pada kelainan ginjal, pengeluaran ureum ke dalam urin terhambat sehingga kadarnya akan meningkat di dalam darah. Kreatinin merupakan zat yang dihasilkan oleh otot dan dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Oleh karena itu, kadar kreatinin darah tergantung pada jenis kelamin, besar otot, dan faal ginjal.
Beratnya kelainan ginjal diketahui dengan mengukur uji bersihan kreatinin (creatinine clearance test/CCT). Pemeriksaan CCT ini memerlukan urin kumpulan 12/24 jam, sehingga bila pengumpulan urin tidak berlangsung dengan baik akan mempengaruhi hasil pemeriksaan CCT. Akhir-akhir ini, penilaian faal ginjal dilakukan dengan pemeriksaan cystatin-C dalam darah yang tidak dipengaruhi oleh kesalahan pengumpulan urin 24 jam. Cystatin adalah zat dengan berat molekul rendah yang dihasilkan oleh semua sel berinti di dalam tubuh yang tidak dipengaruhi oleh proses radang atau kerusakan jaringan. Zat tersebut akan dikeluarkan ginjal. Oleh karena itu, kadar cystatin dipakai sebagai indikator yang sensitif untuk mengetahui kemunduran fungsi ginjal.
Pemeriksaan lemak darah meliputi pemeriksaan kadar kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL kolesterol. Pemeriksaan tersebut terutama dilakukan pada pasien yang memiliki kelainan pada pembuluh darah seperti pasien dengan kelainan pembuluh darah otak, penyumbatan pembuluh darah jantung, pasien dengan diabetes mellitus (DM) dan hipertensi serta pasien dengan keluarga yang menunjukkan peningkatan kadar lemak darah. Untuk pemeriksaan lemak darah ini, sebaiknya berpuasa selama 12 – 24 jam. Bila pada pemeriksaan kimia darah, serum yang diperoleh sangat keruh karena peningkatan kadar trigliserid, pasien sebaiknya berpuasa lebih dari 14 jam untuk mengurangi kekeruhan yang ada. Selain itu dikenal pemeriksaan lipoprotein (a), bila meningkat dapat merupakan faktor resiko terjadinya penyakit jantung koroner.
Pemeriksaan kadar gula darah dipakai untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar gula darah dan untuk monitoring hasil pengobatan pasien dengan DM. Peningkatan kadar gula darah biasanya disebabkan oleh DM atau kelainan hormonal di dalam tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dilepas ke dalam urin yang menyebabkan adanya glukosuria. Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan sewaktu-waktu yang disebut pemeriksaan gula darah sewaktu, gula darah puasa bila pasien berpuasa 10 – 12 jam sebelum pengambilan darah atau sesudah makan 2 jam yang dikenal dengan gula darah post-prandial. Pasien DM dalam pengobatan, tidak perlu menghentikan obat pada saat pemeriksaan gula darah puasa dan tetap menggunakan obat untuk pemeriksaan gula darah post-prandial. Pemeriksaan kadar gula darah puasa dipakai untuk menyaring adanya DM, memonitor penderita DM yang menggunakan obat anti-diabetes; sedangkan glukosa 2 jam post-prandial berguna untuk mengetahui respon pasien terhadap karbohidrat setelah 2 jam makan pagi atau 2 jam setelah makan siang. Kadar gula darah sewaktu digunakan untuk evaluasi penderita DM dan membantu menegakkan diagnosis DM. Selain itu dikenal pemeriksaan kurva harian glukosa darah yaitu gula darah yang diperiksa pada jam 7 pagi, 11 siang dan 4 sore yang bertujuan untuk mengetahui kontrol gula darah selama 1 hari dengan diet dan obat yang dipakai. Pada pasien dengan kadar gula darah yang meragukan, dilakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Pada keadaan ini pemeriksaan harus memenuhi persyaratan:
Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien harus makan karbohidrat yang cukup.
Tidak boleh minum alkohol.
Pasien harus puasa 10 – 12 jam tanpa minum obat, merokok dan olahraga sebelum pemeriksaan dilakukan.
Di laboratorium, pasien diberikan gula 75 g glukosa yang dilarutkan dalam 1 gelas air yang harus dihabiskan dalam waktu 10 – 15 menit atau 1.75 g per kg berat badan untuk anak.
Gula darah diambil pada saat puasa dan 2 jam setelah minum glukosa.
Untuk pemantauan DM dilakukan uji HbA1c. Pemeriksaan ini menunjukkan kadar gula darah rerata selama 1 – 3 bulan. Dalam keadaan normal, kadar HbA1c berkisar antara 4 – 6% dan bila gula darah tidak terkontrol, kadar HbA1c akan meningkat. Oleh karena itu, penderita dengan kadar gula darah yang normal bukan merupakan petanda DM terkontrol. DM terkontrol bila kadar HbA1c normal. Hasil pemeriksaan HbA1c akan lebih rendah dari sebenarnya bila didapatkan hemoglobinopati seperti thalassemia. Oleh karena itu, penderita DM sebaiknya melakukan pemeriksaan analisa hemoglobin untuk mengetahui kelainan tersebut dalam menilai hasil pemeriksaan HbA1c .
Pankreas menghasilkan enzim amilase dan lipase. Amilase selain dihasilkan oleh pankreas juga dihasilkan oleh kelenjar ludah dan hati yang berfungsi mencerna amilum/karbohidrat. Kadar amilase di dalam serum meningkat pada radang pankreas akut. Pada keadaan tersebut, keadaan amilase meningkat setelah 2 – 12 jam dan mencapai puncak 20 – 30 jam dan menjadi normal kembali setelah 2 – 4 hari. Gejala yang timbul berupa sakit yang berat pada perut. Kadar amilase ini dapat pula meningkat pada penderita batu empedu, pasca bedah pada lambung.
Lipase adalah enzim yang dihasilkan oleh pankreas yang berfungsi mencerna lemak. Lipase akan meningkat di dalam darah apabila ada kerusakan pada pankreas. Peningkatan kadar lipase dan amilase terjadi pada permulaan penyakit, tetapi lipase serum meningkat sampai 14 hari, sehingga pemeriksaan lipase bermanfaat pada radang pankreas yang akut stadium lanjut.
Untuk pembentukan hemoglobin dibutuhkan antara lain besi, asam folat dan vit. B12. Besi merupakan unsur yang terbanyak didapatkan di dalam darah dalam bentuk hemoglobin, serum iron (SI) dan ferritin. Pemeriksaan SI bertujuan mengetahui banyaknya besi yang ada di dalam serum yang terikat dengan transferin, berfungsi mengangkut besi ke sumsum tulang. SI diangkut oleh protein yang disebut transferin, banyaknya besi yang dapat diangkut oleh transferin disebut total iron binding capacity (TIBC). Saturasi transferin mengukur rasio antara kadar SI terhadap kadar TIBC yang dinyatakan dalam persen. Ferritin adalah cadangan besi tubuh. Pada anemia, tidak selalu terjadi perubahan pada SI, TIBC dan ferritin, tergantung pada penyebab anemia. Pada anemia defisiensi besi, kadar SI dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC akan meningkat/normal dan cadangan besi tubuh menurun. Pengukuran asam folat dan vitamin B12 bertujuan untuk mengetahui penyebab anemia.
Natrium (Na) merupakan kation ekstraseluler terbanyak, yang fungsinya menahan air di dalam tubuh. Na mempunyai banyak fungsi seperti pada otot, saraf, mengatur keseimbangan asam-basa bersama dengan klorida (Cl) dan ion bikarbonat. Kalium (K) merupakan kation intraseluler terbanyak. Delapan puluh – sembilan puluh persen K dikeluarkan oleh urin melalui ginjal. Oleh karena itu, pada kelainan ginjal didapatkan perubahan kadar K. Klorida (Cl) merupakan anion utama didalam cairan ekstraseluler. Zat tersebut mempunyai fungsi mempertahankan keseimbangan cairan dalam tubuh dan mengatur keseimbangan asam-basa.
Kalsium (Ca) terutama didapatkan di dalam tulang. Lima puluh persen ada dalam bentuk ion kalsium (Ca), ion Ca inilah yang dapat dipergunakan oleh tubuh. Protein dan albumin akan mengikat Ca di dalam darah yang mengakibatkan penurunan kadar ion Ca. Oleh karena itu, untuk penilaian kadar Ca dalam tubuh perlu diperiksa kadar Ca total, protein total, albumin dan ion Ca.
Fosfor (P) adalah anion yang terdapat di dalam sel. P berada didalam darah dalam bentuk fosfat. Delapan puluh – delapan puluh lima persen kadar fosfat di dalam badan, terikat dengan Ca yang terdapat pada gigi dan tulang sehingga metabolism fosfat mempunyai kaitan dengan metabolisme Ca. Kadar P yang tinggi dikaitkan dengan gangguan fungsi ginjal sedangkan kadar P yang rendah mungkin disebabkan oleh kurang gizi, gangguan pencernaan, kadar Ca yang tinggi, peminum alkohol, kekurangan vitamin D, menggunakan antasid yang banyak pada nyeri lambung.
0 Response to "Pemeriksaan Kimia Klinik di Laboratorium"
Post a Comment