BAB
I
PEMBAHASAN
KIMIA KLINIK
Kimia klinik adalah ilmu yang mempelajari
teknik terhadap darah, urin, sputum (ludah, dahak), cairan otak, ginjal,
sekret2 yang dikeluarkan.
URINALISIS(pengujian terhadap urin)
Fungsi : memberi fakta terhadap ginjal
& saluran urin.
SAMPEL URIN DIBAGI MENJADI 5 ;
- urin sewaktu : dikeluarkan pada waktu pemeriksaan, digunakan untuk pemeriksaan rutin.
- urin pagi : dikeluarkan pada waktu bangun tidur (pagi), digunakan untuk pemeriksaan tes kehamilan (HCG) & untuk bj protein & untuk pemeriksaan sediment.
- urin postrandial : digunakan ntuk pemeriksaan glukosuria (untuk mengetahui glukosa dalam urin). Diambil 1,5-3jam setelah makan.
- urin 24jam : digunakan untuk pemeriksaan metabolit dalam tubuh.
- urin 3 gelas & 2gelas pada laki2 : digunakan untuk tes urologi (untuk mengetahui ada radang / tidak & letaknya dimana).
Cara pengambilan urinnya
adalah :
- siapkan 3gelas (meruncing kebawah)
a. gelas 1 : 20-30 ml ditampung
b. gelas 2 : sisanya mpe beberapa tetes
terakhir
c. gelas 3 : beberapa ml terakhir.
- siapkan 2 gelas
a. gelas 1 : 50-70ml
b. gelas 2 : sisanya
catatan :
- untuk urin yang pertyama keluar adalah sel2 dari parsanterior, prostatika uretrae.
- Untuk gelas ke2 adalah unsur2 kantung kemih.
- Untuk gelas ke3 adalah dari getah prostrate.
Beberapa pengawer yang biasa digunakan
adalah :
- towen 2-5ml.
- timol 1butir.
- formaldehid 1-2ml (40 %).
- H2SO4 pekat secukupnya.
- Na2Co3 secukupnya.
Jumlah urin normal untuk dewasa 800-1300 ml
(untuk 24 jam).
WARNA URIN
Normal : kuning, hijau, merah, coklat tua,
hitam dan serupa susu.
- kuning
- normal : disebabkan urobilin & urokrom.
- Abnormal : disebabkan bilirubin (liver) atau obat2an spt : efedrin, vit B2 atau makanan.
- hijau
- normal : disebabkan oleh indikan
- Abnormal : disebabkan oleh obat2an : metilen blue, evansblue. Dan kuman / bakteri : pseudomon.
- merah
- normal : disebabkan oleh uroeritrin (hasil akhir ginjal).
- Abnormal : disebabkan oleh Hb, forfirin, forfobilin, obat2an : santonin, amidofirin & zat2 warna. Dan kuman : bacillus prodigiosus.
- coklat
- normal : disebabkan oleh urobilin
- abnormal : disebabkan oleh bilirubin, hematin.
- coklat tua / hitam
- normal : disebabkan oleh indikan
- abnormal : disebabkan oleh darah tua dan obat2an : der. fenol
- serupa susu
- normal : disebabkan oleh fosfat
- abnormal : disebabkan lemak, getah posfat, protyein yang membeku, dan bakteri.
BEBERAPA PENYEBAB BAU PADA URIN
- minyak atsiri pada makanan. Contohnya : durian, jengkol, dan pete.
- amoniak disebabkan oleh bakteri.
- obat2an . contohnya : menthol pada sirup, antibiotic.
- adanya perombakan protein, misalnya karsinoma (peradangan pada sal kencing).
- ketonuria (adanya keton dalam urin) baunya seperti buah2an / bunga yang layu.
KEJERNIHAN DIBAGI MENJADI EMPAT
- jernih (+)
- agak jernih (++)
- keruh (+++)
- sangat keruh (++++)
PENYEBAB KEKERUHAN PADA URIN
- fosfat & karbonat dalam jumlah besar. Cara testnya : urin + asam asetat encer ―›keruh hilang.
- bakteri ―› sel2 yang rusak seperti sel efitel, & produksi leukosit akan meninglat.
- sediment dari eritrosit, leukosit & sel efitel.
- lemak & siklus (butir2 kecil dari lemak).
- benda2 koloidal.
1. Pengertian Transudat dan Eksudat
Transudat adalah cairan dalam
ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang
mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh.
Transudat merupakan
discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa
radang
Transudat ialah
penimbunan cairan rongga surosa sebagai akibat karena adanya gangguan
keseimbangan cairan ( tekanan osmose , stasis , dan hidrostatik )
Rongga-rongga
serosa dalam badan normal mengandung sejumlah kecil cairan. Cairan itu terdapat
ump, dalam rongga pericardium, rongga pleura, rongga perut dan berfungsi
sebagai pelumas agar membrane-membran yang dilapisi mesotel dapat bergerak
tanpa geseran. Jumlah cairan itu dalam keadaan normal hamper tidak dapat diukur
karena sangat sedikit. Jumlah itu mungkin bertambah pada beberapa keadaan dan
akan berupa transudat atau exudat.
Transudat terjadi
sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan keseimbangan cairan badan
(tekanan osmotic koloid, statis dalam kapiler atau tekanan hidrostatik,
kerusakan endotel, dsb), sedangkan exudat bertalian dengan salah satu proses
peradangan.
Transudat terjadi
apabila hubungan antara tekanan kapiler hidrostatik dan koloid osmotik menjadi
terganggu, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura akan melebihi
reabsorbsi oleh pleura lainnya. Penyakit-penyakit yang menyertai transudat
seperti pada tabel 2. Tingginya penyakit jantung sebagai penyebab efusi pleura
dikarenakan penyakit tersebut merupakan penyakit yang terbanyak dan penyebab
kematian utama diIndonesia..
Pemeriksaan cairan
badan yang tersangka transudat atau exudat bermaksud untuk menentukan jenisnya
dan sedapat-dapatnya untuk mendapatkan keterangan tentang causanya.
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular
dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4
mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.Cairan ini tertimbun
sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan
molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular
sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Eksudat, merupakan
substansi yang merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada
radang, berupa nanah. Jadi…termasuk discharge yang patologis.
Eksudat terbentuk
melalui membran kapiler yang permeabilitasnya abnormal. Perubahan permeabilitas
membran disebabkan adanya peradangan pada pleura seperti infeksi atau
keganasan. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi terbanyak di Indonesiadan nomor 3 terbanyak didunia setelah India dan Cina.
Komplikasi yang
terjadi seperti efusi pleura terjadi disebabkan keterlambatan diagnosis,
kepatuhan penderita dalam pengobatan, sarana pelayanan kesehatan, lingkungan
dan lain sebagainya sehingga insidennya masih cukup tinggi. Demikian juga
dengan keganasan, biasanya terdiagnosis pada stadium lanjut yang telah berkomplikasi
pada organ lainnya.
Exudat ialah
cairan patologis yang berasal dari proses radang rongga serosa :
Pleura
Peritonium
Pericardinal
Sendi
II.2. Ciri-ciri
Transudat dan Eksudat
Ciri-ciri transudat spesifik, yaitu :
1. cairan jernih
2.
encer
3.
kuning muda
4.
berat jenis mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari
1018
5.
tidak menyusun bekuan (tak ada fibrinogen)
6.
kadar protein kurang dari 2,5gr/dl
7.
kadar glukosa kira-kira sama seperti dalam plasma darah
8.
jumlah sel kecil dan bersifat steril
Ciri-ciri exudat spesifik, yaitu :
1. keruh (mungkin
berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid, dsb)
2.
lebih kental
3.
warna bermacam-macam
4.
berat jenis lebih dari 1018
5.
sering ada bekuan (oleh fibrinogen)
6.
kadar protein lebih dari 4,0gr/dl
7.
kadar glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma
8.
mengandung banyak sel dan seringa ada bakteri
II.3. Jenis-Jenis
Eksudat
Jenis-jenis eksudat
terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
a. Eksudat non seluler,
Eksudat non seluler terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
Eksudat serosa
Pada beberapa
keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut
dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana
adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan
cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah
cairan luka melepuh.
Eksudat fibrinosa
Pada beberapa
keadaan radang, eksudat hampir terdiri dari cairan dan zat-zat yang terlarut
dengan sangat sedikit leukosit. Jenis eksudat nonseluler yang paling sederhana
adalah eksudat serosa,yang pada dasamya terdiri dari protein yang bocor dari
pembuluh-pembuluh darah yang permiable dalam daerah radang bersama-sama dengan
cairan yang menyertainya. Contoh eksudat serosa yang paling dikenal adalah
cairan luka melepuh.
Eksudat musinosa
(eksudat kataral)
Jenis eksudat ini hanya
dapat terbentuk diatas membran mukosa, dimana terdapat sel-sel yang dapat
mengsekresi musin. Jenis eksudat ini berbeda dengan eksudat lain karena eksudat ini merupakan
sekresi set bukan dari bahan yang keluar dari aliran darah. Sekresi musin merupakan sifat normal
membran mukosa dan eksudat musin merupakan percepatan proses dasar
fisiologis.Contoh eksudat musin yang paling dikenal dan sederhana adalah pilek
yang menyertai berbagai infeksi pemafasan bagian atas.
b. Eksudat Seluler
Eksudat seluler terdiri dari:
Eksudat netrofilik
Eksudat yang
mungkin paling sering dijumpai adalah eksudat yang terutama terdiri dari
neutrofil polimorfonuklear dalam jumlah yang begitu banyak sehingga bagian
cairan dan protein kurang mendapat perhatian. Eksudat neutrofil semacam ini
disebut purulen. Eksudat purulen sangat sering terbentuk akibat infeksi
bakteri.lnfeksi bakteri sering menyebabkan konsentrasi neutrofil yang luar
biasa tingginya di dalam jaringan dan banyak dari sel-sel ini mati dan
membebaskan enzim-enzim hidrolisis yang kuat disekitarnya. Dalam keadaan ini
enzim-enzim hidrolisis neutrofil secara haraf ah mencernakan jaringan
dibawahnya dan mencairkannya. Kombinasi agregasi netrofil dan pencairan
jaringan-jaringan di bawahnya ini disebut suppuratif,atau lebih sering disebutpus/nanah.
Jadi pus terdiri
dari :
- neutrofil pmn. yang hidup dan yang mati neutrofil pmn. yang
hancur
- hasil pencairan jaringan dasar (merupakan hasil pencernaan)
- eksudat cair dari proses radang
- bakteri-bakteri penyebab
- nekrosis liquefactiva.
7c. Eksudat Campuran
Sering terjadi
campuran eksudat seluler dan nonseluler dan campuran ini dinamakan sesuai
dengan campurannya.Jika terdapat eksudat fibrinopurulen yang terdiri dari
fibrin dan neutrofil polimorfonuklear,eksudat mukopurulen, yang terdiri dari
musin dan neutrofil, eksudat serofibrinosa dan sebagainya.
Luka Bakar Mudah Terjadi Septikhemi.
Pada luka bakar saluran-saluran limfe tetap terbuka yaitu karena jaringan yang terbakar tidak menimbulkan tromboplastin sehingga tidak terjadi kooagulasi eksudat. Jika aliran cairan limfe tidak tersumbat akan memudahkan menyebarkan kuman-kuman sehingga masuk dalam sirkulasi darah dan terjadi septikhemi.
Dalam praktek
sering dijumpai cairan yang sifat-sifatnya sebagian sifat transudat dan
sebagian lagi sifat exudat, sehingga usaha membedakan antara transudat dan
exudat menjadi sukar.
II.4. Cara
Memperoleh Bahan
Bahan (dari rongga
perut, pleura, pericardium, sendi, kista, hydrocele, dsb) didapat dengan
mengadakan pungsi. Karena tidak dapat diketahui terlebih dahulu apakah cairan
itu berupa transudat atau exudat, haruslah pertama-tama syarat bekerja steril
didindahkan dan kedua untuk menyediakan antikoagulans. Sediakanlah pada waktu
melakukan pungsi selain penampung biasa juga penampung steril (untuk biakan)
dan penampung yang berisi larutan natrium citrate 20% atau heparinsteril.
II.5. Pemeriksaan
transudat dan eksudat
Pemeriksaan untuk transudat dan eksudat terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
a. pemeriksaan makroskopis
b. pemeriksaan mikroskopis
c. pemeriksaan kimia
d. pemeriksaan bakterioskopi
a. Pemeriksaan makroskopis
Jumlah
Ukurlah dan
catatlah volume yang didapat dengan pungsi. Jika semua cairan dikeluarkan
jumlah itu memberi petunjuk tenteng luasnya kelainan.
Warna
Mungkin sangat
berbeda-beda, agak kuning, kuning campur hijau, merah jambu, merah, putih
serupa susu, dll. Bilirubin memberi warna kuning pada transudat, darah yang
menjadikannya merah atau coklat, pus memberi warna putih-kuning, chylus putih
serupa susu, B. pyocyaneus biru-hijau. Warna transudat biasanya
kekuning-kuningan, sedangkan exudat dapat berbeda-beda warnanya dari putih
melalui kuning sampai merah darah sesuaidengan causa peradangan dan beratnya
radang. Warna exudat oleh proses radang ringan tidak banyak berbeda dari warna
transudat.
Kejernihan
Inipun mungkin
sangat berbeda-beda dari jernih, agak keruh sampai sangat keruh. Transudat
murni kelihatan jernih, sedangkan exudat biasanya ada kekeruhan. Jika mungkin,
kekeruhan yang menunjuk kepada sifat exudat itu dijelaskan lebih lanjtu sebagai
umpamanya serofibrineus, seropurulent, serosangineus, hemoragik, fibrineus,
dll.
Kekeruhan terutama
disebabkan oleh adanya dan banyaknya sel, leukosit dapat menyebabkan kekeruhan
sangat ringan sampai kekeruhan berat seperti bubur. Eritrosit menyebabkan
kekeruhan yang kemerah-merahan.
Bau
Biasanya baik
transudat mupun exudat tidak mempunyai bau bermakna kecuali kalau terjadi
pembusukan protein. Infeksi dengan kuman anaerob dan oleh E. coli mungkin
menimbulkan bau busuk, demikian adanya bau mengarahkan ke exudat.
Berat jenis
Harus segera
ditentukan sebelum kemungkinan terjainya bekuan. Penetapan ini penting untuk menentukan jenis cairan. Kalau jumlah cairan
yang tersedia cukup, penetapan dapat dilakukan dengan urinometer, kalau hanya
sedikit sebaiknya memakai refraktometer. Seperti sudah diterangkan, nilai berat
jenis dapat ikut memberi petunjuk apakah cairan mempunyai cirri-ciri transudat
atau exudat.
Bekuan
Perhatikan
terjadinya bekuan dan terangkan sifatnya (renggang, berkeping, sanagat halus,
dll) bekuan it tersusun dari fibrin dan hanya didapat pada exudat. Kalau dikira
cairan yang dipungsi bersifat exudat, campurlah tetap cair dan dapat dipakai
untuk pemeriksaan lain-lain.
b. Pemeriksaan
Mikroskopis
Menghitung jumlah sel dalam cairan eksudat atau transudat tidak
selalu mendatangkan manfaat.
Jikalau diperkirakan akan terjadi bekuan, perlulah cairan
setelah pungsi dicampur dengan antikoagulans, umpamanya larutan Na citrate 20%
untuk tiap 1 ml cairan dipakai 0,01 ml larutan citrate itu.
Sel yang dihitung biasanya hanya leukosit (bersama sel-sel
berinti lain seperti sel mesotel, sel plasma, dbs) saja, menghitung jumlah
eritrosit jarang sekali dilakukan karena tidak bermakna.
1. Menghitung jumlah
leukosit
Kalau cairan berupa
purulent, tidak ada gunanya untuk menghitung jumlah leukosit, tindakan ini
baiklah hanya dilakukan dengan cairan yang jernih atau agak keruh saja..
Pada cairan jernih
pakailah pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah leukosit dalam
darah ataupun pengenceran seperti dipakai untuk menghitung jumlah leukosit
dalam cairan yang agak keruh, pilihlah pengenceran yang sesuai.
Bahan pengenceran
sebaiknya larutan NaCl 0,9%, jangan larutan turk karena larutan turk itu
mungkin menyebabkan terjadinya bekuan dalam cairan.
Cairan yang berupa
transudat biasanya mengandung kurang dari 500 sel/ul. Semakin tinggi angka itu
semakin besar kemungkinan cairan tersebut bersifat eksudat.
2.
Menghitung jenis sel
Menghitung jenis
sel biasanya membedakan dua golongan jenis sel, yaitu golongan yang berinti
satu yang digolongkan dengan nama “limfosit” dan golongan sel polinuklear atau
“segment”. Dalam golongan limfosit ikut trhitung limfosit, sel-sel mesotel, sel
plasma, dsb.
Perbandingan banyak
sel dalam golongan-golongan itu memberi petunjuk kea rah jenis radang yang
menyebabkan atau menyertai eksudat itu.
Cara :
Sediaan apus dibuat
dengan cara yang berlain-lain tergantung sifat cairan itu:
Jika cairan jernih,
sehingga diperkirakan tidak mengandung banyak sel, pusinglah 10-15 ml bahan,
cairan atas dibuang dan sediment dicampur dengan beberapa tetes serum penderita
sendiri. Buatlah sediaan apus dari campuran itu
Klalau cairan keruh
sekali atau purulent, buatlah sediaan apus langsung memakai bahan itu. Jika
terdapat bekuan dalam cairan, bekuan itulah yang dipakai untuk membuat sediaan
tipis
Pulaslah sediaan
itu dengan Giemsa atau Wright
Lakukanlah hitung
jenis atas 100-300 sel, hitung jenis itu hanya membedakan “limfosit” dari
“segment” seperti yang telah diterangkan
Catatan :
Hasil hitung jenis
dapat memberi keterangan tentang jenis radang yang menyertai proses radang akut
hamper semua sel beupa segment. Semakin tengan proes itu semakin bertambah
“limfosit”nya, sedangkan radang dan rangsang menahun menghasilkan hanya
limfosit saja dalam hitung jenis.
Pemeriksaan
sitologik terhadap adanya sel-sel abnormal, teristimewa sel-sel ganas sangat
penting. Sitodiagnostik semacam itu tidak dapat dilakukan dengan cara seperti
diatas, melainkan mewajibkan tehnik khusus menurut Papanicolaou. Meskipun
tehnik Papanicolaou tidak diterngkan disini, perlu diketahui bahwa bahan yang
diperoleh tidak noleh membeklu, proses pembekuajn hendaknya dicegah dengan
menggunakan EDTA atau heparin.
Pemeriksaan
mikroskopis didapatkan sel leukosit jenis mononuklear lebih dominan
dibandingkan polimorponuklear baik pada jenis transudat maupun eksudat. Ini menunjukkan
proses perlangsungan penyakit bersifat kronis.
c. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia
biasanya dibatasi saja kepada kadar glukosa dan protein dalam cairan itu.
Alasannya ialah cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan yag
praktis serupa dengan susunan plasma darah tanpa albumin dan globulin-globulin.
Transudat mempunyai kadar glukosa sama seperti plasma, sedangakan exudat itu
megandung banyak leukosit.
Protein dalam
transudat dan exudat praktis hanya fibrinogen saja, dalam transudat kadar
fibrinogen rendah, yakni antara 300-400 mg/dl dan dalam exudat kadar protein
itu 4-6 gr/dl atau lebih tinggi lagi.
Percobaan Rivalta
Test yang sudah tua
ini tetap masih berguna dalam upaya membedakan transudat dari exudat dengan
cara yang amat sederhana.
Cara:
ke dalam silinder
100 ml dimsukkan 100 ml aquadest.
tambahkan 1 tetes asam acetate glacial dan campurkanlah.
teteskan 1 tetes cairan yang diperiksa ke dalam campuran ini, dilepaskan
kira-kira 1 cm dari atas permukaan.
perhatikanlah
tetesan itu bercampur dan bereaksi dengan cairan yang mengandung asam acetat. Ada tiga kemungkinan, yaitu :
tetesan itu
bercampur dengan larutan asam acetate tanpa menimbulkan kekeruhan sama sekali, hasil test adalah negative.
tetesan itu mengadakan kekeruhan yang sanagt ringan seripa kabut halus, hasil test positif lemah.
tetesan itu membuat kekeruhan yang nyata seperti kabut tebal ataudalam
keadaan extreme satu presipitat yang putih, hasil test positif.
Catatan :
Cara ini berdasarkan seronucin yang terdapat dalam exudat, tetapi tidak
dalam transudat. Percobaan ini hendaknya dilakukan beberapa kali untuk
mendapatkan hasil yang dapat diandalkan.
Hasil positif didapat pada cairan yang bersifat exudat, transudat biasanya
menjadikan test ini positif lemah. Kalau transudat sudah beberapa kali
dipungsi, maka transudat pun mungkin menghasilkan kekeruhan serupa dari exudat
juga. Cairan rongga badan normal, yaitu yang bukan transudat atau exudat dalam
arti kata klinik, menghasilkan test negative.
Kadar Protein
Menentukan kadar
protein dalam cairan rongga tubuh dapat membantu klinik dalam membedakan
transudat dari exudat. Kadar protein dalam transudat biasanya kurang dari 2,5
gr/dl sedangkan exudat berisi lebih dari 4gr/dl cairan. Penetapan ini tidak
memerlukan cara yang teliti.
Cara:
tetapkan lebih
dahulu berat jenis cairan itu.
kalau berat jenis
1010 atau kurang, adakanlah pengenceran -10 kali, kalau berat jenis lebih dari
1010 buatlah pengenceran 20 kali.
lakukanlah
penetapan menurut Esbach dengan cairan yang telah diencerkan itu, dalam
memperhitungkan hasil terakhir ingatlah pengenceran yant tadi dibuat.
Catatan :
Cara Esbach cukup
teliti untuk dipakai dalam klinik. Pengenceran yang diadakan itu bermaksud agar
kadar protein dalam cairan yang diencerkan mendekati nilai 4gr/liter, ialah
kadar yang memberi hasil yang sebaik-baiknya pada cara Esbach.
Dari berat jenis
cairan bersangkutan juga sudah dapat didekati nilai protein dengan memakai
rumus :
(berat jenis –
1,007) x 343 = gr protein /100 ml cairan
Perhitungan itu:
- b.d. 1,010 sesuai dengan 1 gr
protein per 100 ml
- b.d. 1,015 sesuai dengan 2,5 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,020 sesuai dengan 4,5 gr protein per 100 ml
- b.d. 1,025 sesuai dengan 26 gr protein per 100 ml
Dalam rumus dan perhitungan diatas berat jenis air sama dengan 1,000.
Zat Lemak
Transudat tidak
mengandung zat lemak, kecuali kalau tercampur dengan chylus. Dalam exudat
mungkin didapat zat lemak disebabkan oleh karena dinding kapiler dapat ditembus
olehnya. Keadaan itu sering dipertlikan dengan proses tuberculosis.
Kadang-kadang
dilihat cairan yang putih serupa dengan susu. Dalam hal itu mengetahui apakah
putihnya cairan itu disebabkan chylus atau oleh zat lain.
Cara :
berilah larutan
NaOH 0,1 N kepda cairan sehingga menjadi lindi.
lakukanlah extraksi
dengan eter. Jika cairan itu menjadi jernih, putihnya disebabkan oleh chylus.
jika tidak menjadi
jernih, putihnya mungkin disebabkan oleh lecithin dalam keadaan emulsi. Untuk
menyatakan lecithin dilakukan test sbb, yaitu :
encerkanlah cairan
itu 5x dengan etil alkohol 95%
panasilah
berhati-hati dalam bejana air, kalau cairan itu menjadi jernih, putihnya
disebabkan oleh lecithin. Untuk lebih lanjut membuktikannya teruskanlah
percobaan
saringlah cairan
yang telah menjadi jernih itu dalam keadaan masih panas
filtratnya
ditampung dan diuapkan di atas air panas sampai volume menjadi besar semula
(sebelum diberi etilalkohol) dan biarkan menjadi dingin lagi
kalau menjadi keruh
lagi, adanya lecithin terbukti, kekruhan itu bertambah kalau diberi sedikit air
d. Pemeriksaan
Bakterioskopi
Pakailah sediaan seperti dibuat untuk menghitung jenis sel dan
pulaslah menurut Gram dan menurut Zeihl-Neelsen.
Kalau akan mencari fungsi, letakkan satu tetes sediment atau
bahan ke atas kaca objek dan campurlah dengan sama banyak larutan KOH atau NaOH
10%. Tutup dengan kaca penutup, biarkan selam 20 menit, kemudian periksalah
dengan mikroskop.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
Transudat adalah cairan dalam
ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai akibat tekanan hidrostatik atau
turunnya protein plasma intravascular yang meningkat (tidak disebabkan proses
peradangan/inflamasi).Berat jenis transudat pada umumnya kurang dari 1.012 yang
mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat terdapat pada
wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. Transudat merupakan
discharge patologis, merupakan serum darah yang merembes keluar dari
pembuluh-pembuluh kapiler ke dalam sela-sela jaringan atau rongga badan, tanpa
radang.
Ciri-ciri transudat
spesifik, yaitu :
cairan jernih
encer
kuning muda
berat jenis
mendekati 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018
tidak menyusun
bekuan (tak ada fibrinogen)
kadar protein
kurang dari 2,5gr/dl
kadar glukosa
kira-kira sama seperti dalam plasma darah
jumlah sel kecil
dan bersifat steril
Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular
dengan berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4
mg % serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun
sebagai akibat permeabilitas vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan
molekul besar dapat terlepas), bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular
sebagai akibat aliran lokal yang meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit
leukosit yang menyebabkan emigrasinya. Eksudat, merupakan substansi yang
merembes melalui dinding vasa ke dalam jaringan sekitarnya pada radang, berupa
nanah. Jadi…termasuk discharge yang patologis.
Ciri-ciri exudat
spesifik, yaitu :
keruh (mungkin
berkeping-keping, purulent, mengandung darah, chyloid, dsb)
lebih kental
warna bermacam-macam
berat jenis lebih
dari 1018
sering ada bekuan
(oleh fibrinogen)
kadar protein lebih
dari 4,0gr/dl
kadar glukosa jauh
kurang dari kadar dalam plasma
mengandung banyak
sel dan sering ada bakteri
0 Response to "KIMIA KLINIK"
Post a Comment