BAB I
PENDAHULUAN
Parasitologi adalah Ilmu yg
mempelajari makhluk hidup (organisme) yang hidupnya menumpang (bergantung) pada
makhluk hidup yang lain. Organisme atau makhluk hidup yang menumpang disebut
dengan parasit. Organisme atau makhluk hidup yang ditumpangi biasanya lebih
besar daripada parasit disebut Host atau Hospes atau Tuan Rumah, yang memberi
makanan dan perlindungan fisik kepada parasit.
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap
kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian
penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu
pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan
pengajaran parasitologi, di antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup
parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan
mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan
bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan
akibat yang dapat ditimbulkannya. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan
epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan
pengendaliannya.
Pada umumnya,
cara penularan penyakit parasit adalah secara kontak langsung, melalui mulut
(food-borne parasitosis), melalui kulit, melalui plasenta, melalui alat kelamin
dan melalui air susu. Sumber penularan bagi penyakit parasit, seperti halnya
bagi penyakit menular lain terjadi dari inang yang satu ke inang yang lain.
Penularan dapat juga dari sumber penyakit kepada inang baru. Adapun yang dapat
berlaku sebagai sumber penularan penyakit parasit ialah organisme baik hewan
maupun tumbuhan dan benda mati seperti tanah, air, makanan dan minuman.
Pengaruh jumlah
hujan dan temperatur terhadap kelangsungan hidup suatu jenis parasit berbeda,
sebagai contoh Nematoda parasit membutuhkan lebih sedikit curah hujan
dibandingkan dengan Trematoda. Trematoda membutuhkan jumlah air yang lebih
banyak dibandingkan dengan Nematoda sebab untuk menetaskan miracidium
diperlukan genangan air. Demikian juga pada telur cacing nematoda umumnya lebih
tahan terhadap temperatur yang lebih tinggi daripada Trematoda dan Cestoda,
tetapi sebagai larva infektif sebaliknya, yaitu larva Nematoda lebih tahan
dingin daripada larva Trematoda dan Cestoda. Diduga bagian sinar matahari yang
berpengaruh besar pada siklus hidup parasit adalah sinar ultraviolet. Dalam
bereaksi terhadap tantangan dari faktor-faktor cuaca tersebut parasit bereaksi
secara gabungan dan bukan bereaksi terhadap faktor itu satu demi satu.
Salah satu
penyakit di Indonesia yang insidensinya masih tinggi setelah malnutrisi adalah
infeksi cacing. Hal ini dapat dimengerti mengingat bahwa Indonesia adalah
negara yang agraris dengan tingkat
sosial ekonomi, pengetahuan dan keadaan sanitasi lingkungan masyarakat yang masih
rendah sehingga menyokong untuk terjadinya infeksi dan penularan cacing. Banyak
faktor yang juga berpengaruh terhadap terjadinya infeksi cacing, selain higieni
sanitasi yang buruk juga dipengaruhi dengan jenis mata pencaharian misalnya
petani. Petani adalah orang yang pekerjaannya mengolah tanah untuk berccok
tanam (Purwadinata, 1996). Petani sering berhubungan dengan tanah maka
kemungkinan terinfeksi cacing nematode usus ini juga semakin besar
(Gandahusada, 1998).
Nematoda usus
yang masih sering menginfeksi manusia adalah cacing yang ditularkan melalui
tanah, yang disebut Soil Transmitted
Helminyhs yang terdiri dari Ascaris
lumbricoides, cacing tambang (Necator
americanus, Ancylostoma duodenale), Trichuris trichiura, Strongyloides
stercolaris. Nematoda usus ini sering diketemukan pada manusia dengan
pemeriksaan tinja.
Ascaris
lumbricoides
Cacing usus yang berukuran besar inilah yang menyebabkan
penyakit ascariasis. Cacing ini umumnya berwarna keputih-putihan.
Biasanya cacing ini memiliki panjang seperti batang pensil biasa dan paling
sering terdapat pada anak-anak. Telur cacing ini dikeluarkan dari tubuh melalui
tinja.
Komplikasi
Adanya cacing Ascaris lumbricoides di dalam tubuh yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat menimbulkan komplikasi berupa :
Adanya cacing Ascaris lumbricoides di dalam tubuh yang tidak mendapatkan penanganan yang tepat dapat menimbulkan komplikasi berupa :
·
Defisiensi
zat gizi. Anak-anak yang menderita ascariasi akan kehilangan nafsu makannya dan
dapat mengalami gangguan dalam proses pencernaan. Akibatnya, zat-zat gizi yang
masuk melalui makanan menjadi berkurang dan anak akan kekurangan zat gizi
·
Menimbulkan
hambatan (sumbatan) dalam usus yang selanjutnya dapat menimbulkan robekan usus
(perforasi). Pada kasus yang sangat berat, kumpulan cacing akan menyumbat usus
dan menimbulkan keluhan berupa sakit perut dan muntah. Hambatan usus yang
berlangsung lama lebih lanjut mampu menimbulkan robekan (perforasi) pada
dinding usus dan menimbulkan perdarahan.
Ascariasis memang lebih sering menyerang anak-anak, terutama
yang tinggal di daerah dengan sanitasi dan higienitas yang buruk. Cacing ini
masuk ke dalam tubuh manusia setelah manusia memakan telur cacing Ascaris lumbricoides yang terdapat di
tanah yang bercampur oleh tinja manusia yang mengandung telur cacing ini. Telur
cacing ini tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Karena anak-anak sering
bermain di tanah yang kotor, infeksi cacing ini dapat terjadi ketika tangan
mereka yang kotor masuk ke dalam mulunya, membawa telur cacing ke dalam saluran
cerna. Telur cacing juga dapat ditemukan di sayuran dan buah-buahan yang
ditanam di tanah yang terkontaminasi.
Telur dari cacing Ascaris
lumbricoides dapat berada ditanah melalui tinja dari pencerita ascariasis.
Adanya kebiasaan tidak membuang kotoran/tinja pada jamban yang semestinya atau
di kebun dapat membuat penyakit ini menyebar lebih cepat. Maka dari itu ketersediaan
jamban sangatlah dibutuhkan. Tetapi pada daerah tertentu yang masih berada
dipedesaan, adanya jamban ini masih jarang ditemukan dan ini membuat
masyarakatnya membuang tinja pada tempat yang ada, seperti kebun, halaman. Atau
ada juga kejadian dimana di daerah tersebut sudah tersedia jamban tetapi
kesadaran dari masyarakatnya sendiri yang kurang. Hal ini bisa disebabkan
karena kurangnya informasi kepada masyarakat yang ada.
Ada sebuah penelitian yang mengambil kasus tentang infeksi
yang disebabkan oleh cacing Soil-transmitted helminth yang
menyebutkan bahwa infeksi cacing terdapat luas di seluruh Indonesia yang
beriklim
tropis, terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya. Infeksicacing ini juga sangat erat hubunganya dengan pekerjaan, kebiasaan penderita, dan juga keadaan dari sosial-ekonomi yang ada.
tropis, terutama di pedesaan, daerah kumuh, dan daerah yang padat penduduknya. Infeksicacing ini juga sangat erat hubunganya dengan pekerjaan, kebiasaan penderita, dan juga keadaan dari sosial-ekonomi yang ada.
Gambaran
prevalensi Ascaris lumbricoides di dunia
dibandingkan dengan kasus infeksi
cacing lain.
DAFTAR PUSTAKA
Lab.saya.blogspot.com
asmal ardianto anakesuit
0 Response to "PARASIT HELMINTHES"
Post a Comment