BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filum Nematoda
Cacing Gelang (Filum Nematoda) adalah
salah satu filum dalam alam haiwan yang paling pelbagai. Spesies cacing gelang
atau Nematod amat sukar dibedakan, dengan 28,000 spesies berlainan telah
diterangkan. lebih 16,000 ialah parasit. Dianggarkan jumlah bilangan spesies
nematod mungkin kira-kira 1,000,000. Tidak seperti cnidaria atau cacing pipih,
cacing gelang mempunyai sistem pencernaan seperti tiub dengan terbuka di
kedua-dua hujung.
Cacing Gelang terdapat dalam air
tawar, air masin, dan persekitaran darat, di mana mereka sering melebihi bilangan
haiwan lain dari segi bilangan dan jumlah spesies. Tambahan lagi, terdapat
banyak bentuk parasit, termasuk pantogen dalam tumbuhan dan haiwan, termasuk
manusia. Hanya filum Arthropoda lebih pelbagai.
Cacing Gelang adalah triploblastic
protostomes. Mereka berbentuk seperti cacing biasa, panjang dan bulat secara
keratan rentas, walaupun tanpa ruas. Rongga badan menyusut kepada pseudocoelom
sempit, sebagaimana pada hewan amat kecil biasa. Mulutnya terdapat di bahagian
dalam "anterior", dan sering kali diseliputi dengan pelbagai unjuran
atau bibir yang digunakan bagi makan dan deria rasa, dengan bahagian dubur
menjulur sedikit keluar. Lapisan epidermis menghasilkan lapisan kutikle
"cuticle" yang melindungi tubuhnya daripada kekeringan, daripada
cecair penghadaman, atau dari persekitaran sukar yang lain, juga dalam bentuk
unjuran yang membantu pergerakan.
Kebanyakan nematoda hidup bebas
adalah bersais seni "microscopic", walaupun beberapa bentuk parasit
mampu membesar sepanjang beberapa meter. Cacing ini tidak mempunyai otot
gelang, dengan itu badannya hanya mampu mengeliat dari sisi ke sisi. Untuk
bergerak kemana-mana, cacing ini perlu bersentuhan dengan objek pepejal,
pergerakan mengelupurnya tidak sesuai untuk berenang. Spesies berlainan makan
bahan pelbagai seperti alga, fungi, haiwan kecil, bahan kumbahan, bangkai
organisma dan tisu hidup. Nematod hidup bebas laut adalah penting dan merupakan
ahli "meiobenthos".
Pembiakan biasanya seksual, biasanya
dengan yang jantan lebih kecil sedikit berbanding cacing betina dan mempunyai
ciri ekor bengkok. Dalam pertumbuhan spesies hidup bebas, ia biasanya secara
langsung, dengan empat peringkat molts of the cuticle semasa pertumbuhan.
Bentuk parasit seringkali mempunyai kitaran hayat yang rumit, berpindah melalui
beberapa perumah berlainan atau lokasi dalam badan perumah. Jangkitan berlaku
melalui pelbagai cara seperti memakan daging berlarva yang tidak dimasak dengan
sempurna, melalui luka terbuka, melalui pemindahan melalui serangga penghisap
darah, dan sebagainya.
Parasit penting pada manusia
termasuk whipworms, cacing cangkuk hookworms, pinworms, ascarids, dan filarids.
Cacing Gelang lain yang penting adalah Caenorhabditis elegans, yang tinggal
dalam tanah dan sering digunakan sebagai organisma contoh. Baylisascaris
biasanya menyangkiti hewan liar tetapi mampu membunuh manusia juga. Haemonchus
contortus adalah satu daripada agent jangkitan yang biasa bagi biri-biri
seluruh dunia, menyebabkan tekanan ekonomi kepada penternak biri-biri.
Kehadiran pseudocoelom yang sama
tidak lagi dianggap sebagai bukti bahawa phyla pseudocoelomate adalah berkait,
tetapi beberapa kumpulan berkemungkinan masih berkait rapat dengan Nematoda.
Penting disedari di sini adalah Nematomorpha, atau cacing
"horse-hair", yang mempunyai larva parasit dalam arthropod dan dewasa
yang hidup bebas. Arthropods juga dianggap sebagai berkemungkinan berkait
dengan kumpulan ini. Keseluruhan bentuk haiwan bersalin kulit
"molting" membentuk clade Ecdysozoa.
Cacing Gelang pada asalnya dinamakan
Nemata oleh Nathan Cobb pada 1919. Kemudiannya mereka diturunkan kepada kelas
Nematoda dalam filum Aschelminthes, sebelum dikembalikan kepada filum Nematoda.
Ascaris lumbricoides (cacing gelang
gergasi) adalah bahasa Latin dan nama taxonomi bagi parasit manusia, menyebabkan
penyakit askariasis.
2.2 Kelas Nematoda
Kelas nematoda terdiri dari beberapa
spesies tidak hanya bersifat parasitik terhadap manusia, namun juga terhadap
binatang, tumbuhan baik yang diusahakan maupun liar. Nematoda merupakan
organisme yang mempunyai struktur sederhana. Nematoda dewasa tersusun oleh
ribuan sel-sel somatik, ratusan sel diantaranya membentuk sistem
reproduksi. Tubuh nematoda berupa tabung yang disebut sebagai
pseudocoelomate. (anonimus, 2008).
Nematoda merupakan anggota dari
filum nemathelminthes. Mereka mempunyai saluran usus dan rongga badan, tetapi
rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut pseudosel
atau pseudoseloma. Nematoda berbentuk bulat pada potongan melintang, tidak
bersegmen, dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan sel langsung
di bawahnya, hipodermis. (Levine, 1977).
Nematoda adalah cacing yang umumnya
berbentuk bulat (silindris) memanjang dari anterior ke posterior dan pada
anterior terdapat mulut. Tubuhnya ditutupi oleh selapis kutikula yang tidak
berwarna dan hampir transparan. Kutikula dihasilkan oleh hipodermis yang berada
dibawahnya. (Yudha, 2009).
Biasanya sistem pencernaan,
ekskresi, dan reproduksi terpisah. Pada umumnya cacing bertelur, tetapi ada
juga yang vivipar dan yang berkembang biak secara partenogenesis. Cacing dewasa
tidak bertambah banyak didalam badan manusia. Seekor cacing betina dapat
mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20 sampai 200.000 butir sehari. Telur
atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes dengan tinja. Larva biasanya
mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit. Bentuk infektif dapat memasuki
badan manusia dengan berbagai cara; ada yang masuk secara aktif, ada pula yang
tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui gigitan. Hampir semua nematoda mempunyai
daur hidup yang telah diketahui dengan pasti. (gandahusada,1998).
Model pengendalian siklus infeksi
toxocariasis pedet dapat dilakukan dengan minyak atsiri rimpang temuireng
(Curcuma aeruginosa RoxB). Peluang penularan trypanosomiasis dapat terjadi jika
terdapat reservoir, yaitu sapi yang terinfeksi. Mekanisme penularan dipengaruhi
oleh kemampuan terbang vektor, kemampuan menyebar, serta daya tahan hidup
T.evansi pada vektor. "Lama hidup pada habitat probosis vektor maksimal 4
jam. Sedangkan pada habitat fore gut maksimal 9 jam (Setiawan Koesdarto, 2007).
2.3 Epidemiologi
Ada dua fenomena yang mempengaruhi
siklus hidup normal nematoda yang mempunyai arti penting secara biologi dan
epidemiologi:
1. Hypobiosis
suatu fenomena berhentinya pertumbuhan cacing nematoda pada titik tertentu dari
perkembangannya sebagai parasit. Umumnya terjadi pada saat cuaca dilingkungan
tidak mendukung untuk kelangsungan hidup cacing di luar tubuh induk semang.
Pada daerah dingin terjadi pada musim dingin sedangkan pada daerah tropis
terjadi pada musim panas yang lama. Pada sebagian besar jenis cacing,
hipobiosis terjadi pada tingkat L4.
2. periparturient
rise, spring rise (penigkatan jumlah telur dalam feses). Menigkatnya jumlah
telur dalam feses induk semang disekitar waktu kelahiran. Terutama pada domba,
kambing, dan babi. Penyebabnya adalah turunnya tingkat kekebalan induk semang
yang berhubungan dengan berubahnya kadar hormon laktogenik, prolaktin.
Turunnya tingkat immunitas spesifik terhadap parasit karena meninnginya
kadar prolaktin ( karena melahirkan ). Kejadian ini akan normal kembali bila
kadar prolaktin turun ke normal setelah hewan berhenti menyusui. Akibat dari
kejadian ini adalahkerugian pada hewan yang berlaktasi, dan timbulnya penyakit
klinis pada hewan – hewan muda.
2.4 Siklus Hidup
Siklus hidup nematoda mengikuti pola
standar terdiri dari telur, empat stadium larva, dan dewasa. Larvanya kadang –
kadang disebut juvenil karena mereka mirip dengan cacing yang dewasa, yakni
mereka berbentukcacing juga. Menyilih (ekdisis) terjadi setelah setiap stadium
larva. Telur kadang – kadang menetas pada saat larva berkembang di dalamnya,
dengan demikian stadium infektif mungkin telur atau mungkin larva, bergantung
kepada jenis nematoda. Apabila stadium infektifnya adalah larva, biasanya larva
tersebut disebut sebagai stadium ketiga (L3). Jika stadium infektif adalah
telur, larva yang dikandung biasanya larva stadium kedua (L2). Siklus hidupnya
dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung (memiliki induk semang
perantara). Di dalam induk semang definitif larva tersebut berubah menjadi
cacing dewasa dan menetap serta berkembang biak di dalam tubuh induk semang
tersebut.
Nematoda dapat diidentifikasi dari
cacing lainnya adalah berdasarkan bentuknya yang silindris, tidak bersegmen dan
meruncing dikedua ujungnya. Pada bagian posterior dari kebanyakan cacing
nematoda jantan terdapat spikulum bursa kopulatriks, sehingga perbedaan antara
cacing jantan dan betina sangat jelas.
2.5 Morfologi
1. Bentuk tubuhnya
bulat (silindris) memanjang dari anterior ke posterior, tidak bersegmen
dan meruncing pada kedua ujungnya.
2. Permukaan
tubuhnya dilapisi oleh kutikula yang dihasilkan langsung oleh hipodermis yang
berada dibawahnya.
3. Organ – organ
internalnya berbentuk filamen dan tergantung dalam rongga tubuh cacing yang
berisi cairan.
4. Sistem
pencernaannya berupa tabung lurus panjang dengan sebuah mulut yang dikelilingi
oleh 6 bibir dan anus dibagian posterior.
5. Sistem syaraf
terdiri dari cincin syaraf yang mengelilingi istmus esofagus dan tersusun dari
sejumlah ganglia dan syaraf.
6. Sistem
reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct, dan uterus yang berakhir pada
vagina pendek dan berujung di vulva yang terletak di daerah 1/3 bagian anterior
tubuh.
7. Sistem
reproduksi jantan terdiri dari sebuah testis dan vas deferens yang berakhir di
duktus ejakulator di kloaka.
8. Pada cacing
jantan terdapat spikula yang homolog dengan penis dan bursa kopulatriks yang
berfungsi untuk memegang betina ketika perkawinan.
2.6. Trematoda
Trematoda adalah cacing yang secara
morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat
hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup trematoda ini
melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan
hospes intermedier untuk perkembangannya.Fase daur hidup tersebut adalah
sebagai berikut
Telur---meracidium---sporocyst---redia---cercaria—metacercaria---cacing dewasa.
Dimana fase daur hidup tersebut sedikit berbeda untuk setiap spesies cacing
trematoda
.Menurut lokasi berparasitnya cacing
trematoda dikelompokkan sbagai berikut:
1. Trematoda
pembuluh darah: Schistosoma haematobium, S. mansoni, S.japonicum
2. Trematoda paru:
Paragonimus westermani
3. Trematoda usus:
Fasciolopsis buski, Echinostoma revolutum, E. ilocanum
2.7 Clonorchis sinensis
Cacing ini pertama ditemukan
di Kalkuta India pada seorang tukang kayu suku cina pada tahun 1875. Infeksi
lain ditemukan di Hong-Kong dan Jepang. Dewasa ini diketahui bahwa “chinese
liver fluke” tersebar secara luas di Jepang, Korea, Cina, Taiwan dan Vietnam.
Diperkirakan sekitar 19 juta orang terinfeksi cacing di Asia Timur tahun 1947,
yang mungkin akan menjadi lebih banyak lagi dewasa ini. Cacing berukuran
panjang 8-25 mm dan lebar 1,5-5 mm.
1.Daur hidup
Cacing dewasa hidup di saluran
empedu hati dan memproduksi telur sampai 4000 butir/hari sampai 6 bulan. Telur
yang telah masak berwarna kuning coklat dan akan menetas bila dimakan
oleh siput Parafossarulus manchouricus yang merupakan hospes intermedier ke 1.
Telur menetas keluar meracidium yang akan berubah menjadi sporocyst yang
menempel pada dinding intestinum atau organ lain siput dalam waktu 4 jam
setelah infeksi. Sporocyst memproduksi redia dalam wakti 17 hari, dan setiap
redia memproduksi 5-50 cercaria. Cercaria mempunyai 2 titik mata dan ekork,
kemudian keluar dari siput berenang dalam air menuju permukaan dan kemudian
tenggelam kedasar air. Bila menemukan ikan sebagai hospes intermedier ke 2,
cercaria akan menempel pada epithelium kulit ikan tersebut. Kemudian
menanggalkan ekornya dan menempus kulit ikan dan membentuk cyste dibawah sisik
ikan tersebut menjadi metacercaria. Banyak spesies ikan yang menjadi hospes
intermedier ke 2 dari C. sinensis ini terutama yang termasuk dalam famili
Cyprinidae. Metacercaria juga dapat menginfeksi jenis krustacea (udang)
seperti: Carindina, Macrobrachium dan Palaemonetes. Hospes definitif (orang)
akan terinfeksi oleh cacing ini bila makan ikan/udang secara
mentah-mentah/dimasak kurang matang.
Hewan yang dapat terinfeksi C.
sinensis ini adalah babi, anjing, kucing, tikus dan unta. Hewan laboratorium
seperti kelinci dan marmot sangat peka terhadap infeksi cacing ini.
Metacercaria menjadi cacing
muda pada dinding duodenum dan bermigrasi ke hati melalui saluran empedu.
Cacing muda ditemukan didalam hati dalam waktu 10-40 jam setelah infeksi (pada
hewan percobaan). Cacing tumbuh menjadi dewasa dan memproduksi telur dalam
waktu sekitar 1 bulan, sedangkan daur hidup secara komplit dalam waktu 3 bulan.
Cacing dewasa dapat hidup selama 8 tahun pada tubuh orang.
2. Patologi
Perubahan patologi terutama
terjadi pada sel epitel saluran empedu. Pengaruhnya terutama bergantung pada
jumlah cacing dan lamanya menginfeksi, untungnya jumlah cacing yang menginfeksi
biasanya sedikit. Pada daerah endemik jumlah cacing yang pernah ditemukan
sekitar 20-200 ekor cacing. Infeksi kronis pada saluran empedu menyebabkan
terjadinya penebalan epithel empedu sehingga dapat menyumbat saluran empedu.
Pembentukan kantong-kantong pada saluran empedu dalam hati dan jaringan
parenchym hati dapat merusak sel sekitarnya. Adanya infiltrasi telur cacing
yang kemudian dikelilingi jaringan ikat menyebabkan penurunan fungsi hati.
Gejala asites sering ditemukan pada
kasus yang berat, tetapi apakah ada hubungannya antara infeksi C. sinensis
dengan asites ini masih belum dapat dipastikan. Gejala joundice (penyakit
kuning) dapat terjadi, tetapi persentasinya masih rendah, hal ini mungkin
disebabkan oleh obstruksi saluran empedu oleh telur cacing. Kejadian kanker
hati sering dilaporkan di Jepang, hal ini perlu penelitioan lebih jauh apakah
ada hubungannya dengan penyakit Clonorchiasis.
2.Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis dilakukan berdsarkan atas adanya telur cacing dalam feses. Adanya
gejala gangguan fungsi hati dapat dicurigai sebagai clonorchiasis bila terjadi
di daerah endemik, tetapi perlu dibedakan dengan gejala penyakit cancer,
hydatidosis, beri-beri, abses amuba dan penyakit hati lainnya. Pengobatan masih
belum ditemukan obat yang efektif terhadap penyakit cacing ini.
2.8 Echinostoma revolutum, E.
ilocanum, E. malayanum
Telur cacing E. ilocanum pertama
ditemukan dalam feses dari seorang hukuman di Manila tahun 1907. Kemudian
cacing ini banyak ditemukan menginfeksi orang di daerah India Barat dan China.
Morfologi dan biologinya sangat mirip dengan cacing E. revolutum.
E.
revolutum merupakan parasit cacing trematoda yang sering dilaporkan menginfeksi
orang di Taiwan dan Indonesia. E. malayanum ditemukan menginfeksi orang di
India, Asia Tenggara dan India Barat.
1.Daur hidup
Cacing trematoda yang termasuk
famili Echinostomatidae ini terciri dengan adanya duri leher yang melingkar
dalam sebaris atau dua baris yang melingkari batl isap kepala. Cacing dewasa
hidup dalam usus halus, telur keluar melalui feses dan kemudian menetas dalam
waktu 3 minggu dan kemudian keluar meracidium yang berenang dalam air mencari
hospes intermedier ke 1 berupa siput genus Physa, Lymnea, Heliosoma, Paludina
dan segmentia. Dalam hospes intermedier tersebut meracidium membentuk sporocyst
dan kemudian terbentuk redia induk, redia anak yang kemudian membentuk
cercaria. Cercaria keluar dari siput berenang mencari hospes intermedier ke 2
yaitu jenis moluska (siput besar), planaria, ikan atau katak. Bila hospes
intermedier dimakan orang maka orang akan terinfeksi.
1. Patologi
Infeksi cacing ini tidak memperlihatkan gejala yang nyata.
2.9 Fasciola hepatica, F.
gigantica
Cacing ini banyak menyerang hewan
ruminansia yang biasanya memakan rumput yang tercemar netacercaria, tetapi
dapat juga menyerang manusia. Cacing ini termasuk cacing daun yang besar dengan
ukuran 30 mm panjang dan 13 mm lebar.
1. Daur hidup
Cacing dewasa hidup dalam saluran
empedu hospes definitif (terutama ruminansia kadang juga orang). Cacing
bertelur dan keluar melalui saluran empedu dan keluar melalui feses. Telur
berkembang membentuk meracidium dalam waktu 9-10 hari pada suhu optimum.
Meracidium mencari hospes intermedier siput Lymnea rubiginosa dan berkembang
menjadi cercaria. Cercaria keluar dari siput dan menempel pada tanaman
air/rumput/sayuran. Cercaria melepaskan ekornya memmbetuk metacercaria. Bila
rumput/tanaman yang mengandung metacercaria dimakan oleh ternak/orang, maka
cacing akan menginfeksi hospes definitif dan berkembang menjadi cacing dewasa.
2. Patologi
Cacing dalam saluran empedu
menyebabkan peradangan sehingga merangsang terbentuknya jaringan fibrosa pada
dinding saluran empedu. Penebalan saluran empedu menyebabkan cairan empedu
mengalir tidak lancar. Disamping itu pengaruh cacing dalam hati menyebabkan
kerusakan parenchym hati dan mengakibatkan sirosis hepatis. Hambatan cairan
empedu keluar dari saluran empedu menyebabkan ichterus. Bila penyakit bertambah
parah akan menyebabkan tidak berfungsinya hati.
2.10 Fasciolopsis buski
Parasit cacing sering dilaporkan
menginfeksi orang dan babi. Diperkirakan sekitar 10 juta orang terinfeksi oleh
parasit cacing ini. Cacing dewasa panjangnya 20-75 mm dan lebar lebar 20 mm.
1. Daur hidup
cacing dewasa hidup dalam usus halus
memproduksi telur sampai 25000 butir/ekor/hari yang keluar melalui feses. Telur
menetas pada sushu optimum (27-32oC) selama sekitar 7 minggu. Meracidium keluar
dan masuk kedalam hospes intermedier siput yang termasuk dalam genus segmentia
dan hippeutis (planorbidae) untuk membentuk sporocyst. Sporocyst berada dalam
jantung dan hati siput, kemudian mengeluarkan redia induk, kemudian redia induk
memproduksi redia anak. Redia berubah menadi cercaria keluar dari tubuh siput
dan berenang dalam air, kemudian menempel pada tanaman/sayuran/rumput dimana
cercaria berubah menjadi metacercaria. Bila tanaman tersebut dimakan/termakan
manusia/babi maka cercaria menginfeksi hospes definitif.
2. Patologi
Perubahan patologi yang
disebabkan oleh cacing ini ada tiga bentuk yaitu toksik, obstruksi dan
traumatik. Terjadinya radang di daerah gigitan, menyebabkan hipersekresi dari
lapisan mukosa usus sehingga menyebabkan hambatan makanan yang lewat. Sebagai
akibatnya adalah ulserasi, haemoragik dan absces pada dinding usus. Terjadi
gejala diaree kronis. Toksemia terjadi sebagai akibat dari absorpsi sekresi
metabolit dari cacing, hal ini dapat mengakibatkan kematian.
3. Diagnosis
Berdasarkan gejala klinis dan
ditemukan telur cacing dalam feses.
4. Pengobatan
Diklorofen, niklosamide dan
praziquantel, cukup efektif untuk pengobatan cacing ini.
2.11 Paragonimus westermani
Pertama ditemukan berparasit pada
harimau Bengali di kebon binatang di Eropa tahun 1878. Pada ddua tahun kemudian
infeksi cacing ini pada manusia dilaporkan di Formosa. Ditemukan cacing pada
organ paru-paru, otak dan viscera pada orang di Jepang, Korea dan Filipina.
Sekarang parasit ini telah menyebar ke India Barat, New Guenia,, Salomon,
Samoa, Afrika Barat, Peru, Colombia dan Venezuela. Paragonimiasis termasuk
dalam penyakit zoonosis. Cacing dewasa panjangnya 7,5-12 mm dan lebar 4-6 mm
berwarna merah kecoklatan.
1.Daur hidup
Cacing dewasa biasanya hidup di paru
yang diselaputi oleh jaringan ikat dan biasanya berpasangan. Cacing tersebut
juga dapat ditemukan pada organ lainnya. Fertilisasi silang dari dua cacing
biasanya terjadi (hermaprodit). Telurnya sering terjebak dalam jaringan
sehingga tidak dapat meninggalkan paru, tetapi bila dapat keluar kesaluran
udara paru akan bergerak ke silia epitelium. Sampai di pharynx, kemudian
tertelan dan mengikuti saluran pencernaan dan keluar melalui feses. Larva dalam
telur memerlukan waktu sekitar 16 hari sampai beberapa minggu sebelum
berkembang menjadi miracidium. Telur kemudian menertas dan miracidium harus
menemukan hospes intermedier ke 1, siput Thieridae supaya tetap hidup. Didalam
tubuh siput miracidium cepat membentuk sporocyst yang kemudian memproduksi
rediae yang kemudian berkembang menjadi cercariae, dimana ceracaria ini berbentuk
micrococcus.
Setelah keluar dari siput
cercariae menjadi aktif dan dapat merambat batuan dan masuk kedalam kepiting
(crab) dan Crayfish, dan membentuk cysta dalam viscera atau muskulus hewan
tersebut (hospes intermedier ke 2). Hospes intermedier ke 2 ini di Taiwan
adalah kepiting yang termasuk spesies Eriocheir japonicus. Dapat juga terjadi
infeksi bila krustasea ini langsung memakan siput yang terinfeksi. Cercaria
kemudian membentuk metacercaria yang menempel terutama pada filamen insang dari
krustasea tersebut. Bilamana hospes definitif memakan kepiting (terutama bila
dimakan mentah/tidak matang), maka metacercaria tertelan dan menempel pada
dinding abdomen. Beberapa hari kemudian masuk kedalam kolon dan penetrasi ke
diafragma dan menuju pleura yang kemudian masuk ke broncheol paru. Cacing
kemudian menjadi dewasa dalam waktu 8-12 minggu. Larva migran mungkin dapat
berlokasi dalam otak, mesenterium, pleura atau kulit.
2.Patologi
Pada fase awal invasi tidak
memperlihatkan gejala patologik. Pada jaringan paru atau jaringan ektopik
lainnya, cacing akan merangsang terbentuknya jaringan ikat dan membentuk kapsul
yang berwarna kecoklatan. Kapsul tersebut sering membentuk ulser dan secara
perlahan dapat sembuh. Telur cacing di dalam jaringan akan merupakan pusat
terbentuknya pseudotuberkel. Cacing dalam saraf tulang belakang (spinal cord)
akan dapat menyebabkan paralysis baik total maupun sebagian. Kasus fatal
terjadi bila Paragonimus berada dalam jantung. Kasus serebral dapat menunjukkan
gejala seperti Cytisercosis. Kasus pulmonaris dapat menyebabkan gejala gangguan
pernafasan yaitu sesak bila bernafas, batuk kronis, dahak/sputum becampur darah
yang berwarna coklat (ada telur cacing). Kasus yang fatal sering tetrjadi.
3.Diagnosis
Diagnosis pasti hanya dapat
ditentukan dengan operasi sehingga menemukan cacing dewasa, juga dapat
ditentukan dengan menemukan telur cacing dalam sputum, menyedot cairan pleura,
dari feses atau bahan apapun yang menyebabkan ulser dari Paragonimus. Diagnosis
dapat dikelirukan dengan tuberkulosis, pneumonia, spirochaeta dan sebagainya.
Gangguan serebral perlu dibedakan dengan tumor, cystisercosis, hydatidosis,
enchepalitis dan sebagainya. Diagnosis juga dapat dilakukan dengan tes
intradermal yang diikuti dengan CFT.
4.Pengobatan
Pengobatan masih dalam proses
penelitian. Pencegahan dilakukan dengan memasak kepiting yang akan dimakan
sampai benar-benar matang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nematoda merupakan anggota dari
filum nemathelminthes. Mereka mempunyai saluran usus dan rongga badan, tetapi
rongga badan tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut pseudosel
atau pseudoseloma. Nematoda berbentuk bulat pada potongan melintang, tidak
bersegmen, dan ditutupi oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan sel langsung
di bawahnya, hipodermis.
Trematoda adalah cacing yang secara
morfologi berbentuk pipih seperti daun. Pada umumnya cacing ini bersifat
hermaprodit, kecuali genus Schistosoma. Pada dasarnya daur hidup trematoda ini
melampui beberapa beberapa fase kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan
hospes intermedier untuk perkembangannya
3.2 Saran
Pembuatan makalah Mikrobiologi dan
Parasitologi keperawatan dengan judul konsep dasar kebutuhan dasar manusia dan
kaitannya dengan antropologi dan sosiologi sangat jauh dari kesempurnaan untuk
itu kami selaku penulis perlu adanya kritik demi berkembangnya kami kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Levine, Norman D. 1977. Parasitologi
Veteriner. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Gandahusada, Srisasi.dkk. 1998.
Parasitologi Kedokteran . Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Koesdarto Setiawan, 2007, Penyakit
Parasitik Pada Pengembangan Sapi Madura. Info
Vet, Jakarta Selatan
0 Response to "MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI"
Post a Comment