Pendahuluan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal.Faktor-faktor penyebab anemia gizi besi adalah status
gizi yang dipengaruhi oleh pola makanan, sosial ekonomi keluarga,
lingkungan dan status kesehatan. Khumaidi (1989) mengemukakan bahwa
faktorfaktor yang melatarbelakangi tingginya prevalensi anemia gizi besi
di negara berkembang adalah keadaan sosial ekonomi rendah meliputi
pendidikan orang tua dan penghasilan yang rendah serta kesehatan pribadi
di lingkungan yang buruk. Meskipun anemia disebabkan oleh berbagai
faktor, namun lebih dari 50 % kasus anemia yang terbanyak
diseluruh dunia secara langsung disebabkan oleh kurangnya masukan zat
gizi besi. Selain itu penyebab anemia gizi besi dipengaruhi oleh
kebutuhan tubuh yang meningkat,
akibat mengidap penyakit kronis dan kehilangan darah karena menstruasi dan infeksi parasit (cacing).
Di negara berkembang seperti Indonesia penyakit kecacingan masih
merupakan masalah yang besar untuk kasus anemia gizi besi, karena
diperkirakan cacing menghisap darah 2-100 cc setaip harinya. Kekurangan
zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik
sel tubuh maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam
darah dapat menimbulkan gejala lesu, lemah, letih, lelah dan cepat lupa.
Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olah raga dan
produktifitas kerja.Selain itu anemia gizi besi akan menurunkan daya
tahan tubuh dan mengakibatkan mudah terkena
infeksi.
Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang telah dilakukan selama
ini ditujukan pada ibu hamil, sedangkan remaja putri secara dini belum
terlalu diperhatikan. Agar anemia bisa dicegah atau diatasi maka harus
banyak mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi. Selain itu
penanggulangan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan pencegahan
infeksi cacaing dan pemberian tablet Fe yang dikombinasikan dengan
vitamin C.
Anemia
Anemia adalah suatu keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal, berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin dan kehamilan.
Batas normal dari kadar Hb dalam darah dapat dilihat pada tabel berikut :
Klasifikasi Anemia
Secara morfologis, anemia dapat diklasifikasikan menurut ukuran sel dan hemoglobin
yang dikandungnya.
1. Makrositik
Pada anemia makrositik ukuran sel darah merah bertambah besar dan jumlah
hemoglobin tiap sel juga bertambah. Ada dua jenis anemia
makrositik yaitu :
1. Anemia Megaloblastik
Adalah kekurangan vitamin B12, asam folat dan gangguan sintesis DNA.
2. Anemia Non Megaloblastik
Adalah eritropolesis yang dipercepat dan peningkatan luas permukaan membran.
2. Mikrositik
Mengecilnya ukuran sel darah merah yang disebabkan oleh defisiensi besi, gangguan sintesis
globin, porfirin dan heme serta gangguan metabolisme besi lainnya.
3. Normositik
Pada anemia normositik ukuran sel darah merah tidak berubah, ini
disebabkan kehilangan darah yang parah, meningkatnya volume plasma
secara berlebihan, penyakit-penyakit hemolitik, gangguan endokrin,
ginjal, dan hati.
Anemia Defisiensi Besi
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang
karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya
kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang
sudah sangat rendah berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun
belum ditemukan gejala-gejala fisiologis.
Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup untuk
membentuk selsel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar
hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang
disebut anemia gizi besi. Menurut Evatt, anemia Defisiensi besi adalah
anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. Keadaan
ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferin, berkurangnya kadar
feritin serum atau hemosiderin sumsum tulang. Secara morfologis keadaan
ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrositik hipokrom disertai
penurunan kuantitatif pada sintesis hemoglobin. Defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia subur sering mengalami
anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan
kebutuhan besi sewaktu hamil.
Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah) dan juga diperlukan oleh
berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat besi yang terdapat dalam
enzim juga diperlukan untuk mengangkut elektro (sitokrom), untuk
mengaktifkan oksigen (oksidase dan oksigenase). Defisiensi zat besi
tidak menunjukkan gejala yang khas (asymptomatik) sehingga anemia pada
balita sukar untuk dideteksi. Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai
dengan menipisnya simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi
zat besi yang digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi.
Pada tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,
berkurangnya kejenuhan transferin, berkurangnya jumlah protoporpirin
yang diubah menjadi heme, dan akan diikuti dengan menurunnya kadar
feritin serum. Akhirnya terjadi anemia dengan cirinya yang khas yaitu
rendahnya kadar Rb (Gutrie, 186:303) Bila sebagian dari feritin jaringan
meninggalkan sel akan mengakibatkan konsentrasi feritin serum rendah.
Kadar feritin serum dapat menggambarkan keadaan simpanan zat besi dalam
jaringan.
Dengan demikian kadar feritin serum yang rendah akan menunjukkan orang
tersebut dalam keadaan anemia gizi bila kadar feritin serumnya <12
ng/ml. Hal yang perlu diperhatikan adalah bila kadar feritin serum
normal tidak selalu menunjukkan status besi dalam keadaan normal. Karena
status besi yang berkurang lebih dahulu baru diikuti dengan kadar
feritin. Diagnosis anemia zat gizi ditentukan dengan tes skrining dengan
cara mengukur kadar Hb, hematokrit (Ht), volume sel darah merah (MCV),
konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95%
acuan (Dallman,1990)
Etiomologi Anemia Defisiensi Besi
Penyebab Anemia Defisiensi Besi adalah :
1. Asupan zat besi
Rendahnya asupan zat besi sering terjadi pada orang-orang yang mengkonsumsi bahan
makananan yang kurang beragam dengan menu makanan yang terdiri dari nasi, kacang-kacangan
dan sedikit daging, unggas, ikan yang merupakan sumber zat besi.
Gangguan defisiensi besi sering terjadi karena susunan makanan yang
salah baik jumlah maupun kualitasnya yang disebabkan oleh kurangnya
penyediaan pangan, distribusi makanan yang kurang baik, kebiasaan makan
yang salah, kemiskinan dan ketidaktahuan.
2. Penyerapan zat besi
Diet yang kaya zat besi tidaklah menjamin ketersediaan zat besi dalam
tubuh karena banyaknya zat besi yang diserap sangat tergantung dari
jenis zat besi dan bahan makanan yang dapat menghambat dan meningkatkan
penyerapan besi.
3. Kebutuhan meningkat
Kebutuhan
akan zat besi akan meningkat pada masa pertumbuhan seperti pada bayi,
anakanak, remaja, kehamilan dan menyusui. Kebutuhan zat besi juga
meningkat pada kasus-kasus pendarahan kronis yang disebabkan oleh
parasit.
4. Kehilangan zat besi
Kehilangan zat besi melalui saluran pencernaan, kulit dan urin disebut
kehilangan zat besi basal. Pada wanita selain kehilangan zat besi basal
juga kehilangan zat besi melalui menstruasi. Di samping itu kehilangan
zat besi disebabkan pendarahan oleh infeksi cacing di dalam usus.
Diagnosis
1. Anamnesis
1). Riwayat faktor predisposisi dan etiologi :
a. Kebutuhan meningkat secara fisiologis terutama pada masa pertumbuhan yang cepat, menstruasi, dan infeksi kronis
b. Kurangnya besi yang diserap karena asupan besi dari makanan tidak adekuat
malabsorpsi besi
c. Perdarahan terutama perdarahan saluran cerna (tukak lambung, penyakit Crohn, colitis ulserativa)
2). Pucat, lemah, lesu, gejala pika
2. Pemeriksaan fisis
a. anemis, tidak disertai ikterus, organomegali dan limphadenopati
b. stomatitis angularis, atrofi papil lidah
c. ditemukan takikardi ,murmur sistolik dengan atau tanpa pembesaran jantung
3. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin, Hct dan indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) menurun
b. Hapus darah tepi menunjukkan hipokromik mikrositik
c. Kadar besi serum (SI) menurun dan TIBC meningkat , saturasi menurun
d. Kadar feritin menurun dan kadar Free Erythrocyte Porphyrin (FEP) meningkat
e. sumsum tulang : aktifitas eritropoitik meningkat
Akibat Anemia Defisiensi Besi
Akibat-kibat yang merugikan kesehatan pada individu yang menderita anemi gizi besi adalah
1. Bagi bayi dan anak (0-9 tahun)
a. Gangguan perkembangan motorik dan koordinasi.
b. Gangguan perkembangan dan kemampuan belajar.
c. Gangguan pada psikologis dan perilaku
2.Remaja (10-19 tahun)
a. Gangguan kemampuan belajar
b. Penurunan kemampuan bekerja dan aktivitas fisik
c. Dampak negatif terhadap sistem pertahanan tubuh dalam melawan penyakit infeksi
3.Orang dewasa pria dan wanita
a. Penurunan kerja fisik dan pendapatan.
b. Penurunan daya tahan terhadap keletihan
4.Wanita hamil
a. Peningkatan angka kesakitan dan kematian ibu
b. Peningkatan angka kesakitan dan kematian janin
c. Peningkatan resiko janin dengan berat badan lahir rendah
Penentuan kadar hemoglobin
1. Metoda menentukan kadar HB
Menurut WHO, nilai batas hemoglobin (Hb) yang dikatakan anemia gizi besi
untuk wanita remaja adalah < 12 gr/dl dengan nilai besi serum <
50 mg/ml dan nilai feritin < 12 mg/ml. Nilai feritin merupakan
refleksi dari cadangan besi tubuh sehingga dapat memberikan gambaran
status besi seseorang. Untuk menentukan kadar Hb darah,
salah satu cara yang digunakan adalah metoda Cyanmethemoglobin. Cara ini
cukup teliti dan dianjurkan oleh International Committee for
Standardization in Hemathology (ICSH). Menurut cara ini darah
dicampurkan dengan larutan drapkin untuk memecah hemoglobin menjadi
cyanmethemoglobin, daya serapnya kemudian diukur pada 540 nm dalam
kalorimeter fotoelekrit atau spektrofotometer. Cara penentuan Hb yang
banyak dipakai di Indonesia ialah Sahli. Cara ini untuk di lapangan
cukup sederhana tapi ketelitiannya perlu dibandingkan dengancara standar
yang dianjurkan WHO.
Ada tiga uji laboratorium yang dipadukan dengan pemeriksaan kadar Hb
agar hasil lebih tepat untuk menentukan anemia gizi besi. Untuk menentukan anemia
gizi besi yaitu :
a. Serum Ferritin (SF)
Ferritin diukur untuk mengetahui status besi di dalam hati. Bila kadar
SF < 12 mg/dl maka orang tersebut menderita anemia gizi besi.
b. Transferin Saturation (ST)
Kadar besi dan Total Iron Binding Capacity (TIBC) dalam serum merupakan
salah satu menentukan status besi. Pada saat kekurangan zat besi, kadar
besi menurun dan TIBC
meningkat, rasionya yang disebut dengan TS. TS < dari 16 % maka orang tersebut defisiensi zat besi.
c. Free Erythocyte Protophorph
Bila kadat zat besi dalam darah kurang maka sirkulasi FEB dalam
darahmeningkat. normal FEB 35-50 mg/dl RBC. Secara ringkas untuk
menentukan keadaan anemia seseorang dapat dilihat pada tabel 2.
2. Fungsi Hemoglobin
Hemoglobin merupakan komponen utama eritrosit yang berfungsi membawa
oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah disebabkan oleh
kandungan hemoglobin (Hb) yang merupakan susunan protein yang komplek
yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan protein
yang disebut heme. Heme tesusun dari suatu senyawa lingkar yang bernama
porfirin yang bahagian pusatnya ditempati oleh logam besi (Fe). Jadi
heme adalah senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan hemoglobin adalah
senyawa komplek antara globin dengan heme.
Pencegahan dan Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Upaya yang dilakukan dalam pencegahandan penanggulangan anemia adalah
a. Suplementasi tabet Fe
b. Fortifikasi makanan dengan besi
c. Mengubah kebiasaan pola makanan dengan menambahkan konsumsi pangan
yang memudahkan absorbsi besi seperti menambahkan vitamin C.
d. Penurunan kehilangan besi dengan pemberantasan cacing.Dalam upaya
mencegah dan menanggulangi anemia adalah dengan mengkonsumsi tablet
tambah darah. Telah terbukti dari berbagai penelitian bahwa
suplementasi, zat besi dapat meningkatkan kada Hemoglobin.
e. Pengobatan Anemia Defisiensi Besi
Sejak tahun 1997 pemerintah telah merintis langkah baru dalam mencegah
dan menanggulangi anemia, salah satu pilihannya adalah mengkonsumsi
tablet tambah darah. Telah terbukti dari berbagai peneltian bahwa
suplemen zat besi dapat meningkatkan hemoglobin.
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Defisiensi Besi
Dapat dilakukan antara lain dengan cara:
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup. Namun karena harganya
cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu
diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi. Memakan
beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi
termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti
vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250
mg dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali.
Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses
pemasakan 50 - 80 % vitamin C akan rusak.Mengurangi konsumsi makanan
yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat,
tannin.
b. Suplementasi zat besi
Pemberian suplemen besi menguntungkan karena dapat memperbaiki status
hemoglobindalam waktu yang relatif singkat. Di Indonesia pil besi yang
umum digunakan dalam
suplementasi zat besi adalah frrous sulfat. Persentase dan jumlah zat besi di dalam tablet Fe bisa dilihat pada tabel 3 .
Efek samping dari pemberian besi feroraladalahmual, ketidaknyamanan
epigastrium, kejang perut, konstipasi dan diare. Efek ini tergantung
dosis yang diberikan dan dapat diatasi dengan mengurangi dosis dan
meminum tablet segera setelah makan atau
bersamaan dengan makanan.
a. Fortifikasi zat besi
Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat gizi ke dalam bahan pangan
untuk meningkatkan kualitas pangan . Kesulitan untuk fortifikasi zat
besi adalah sifat zat besi yang reaktif dan cenderung mengubah
penampilanm bahan yang di fortifikasi. Sebaliknya fortifikasi zat besi
tidak mengubah rasa, warna, penampakan dan daya simpan bahan pangan.
Selain itu pangan yang difortifikasi adalah yang banyak dikonsumsi
masyarakat seperti tepung gandum untuk pembuatan roti.
b. Penanggulangan penyakit infeksi dan parasit
Penyakt infeksi dan parasit merupakan salah satu penyebab anemia gizi besi. Dengan
menanggulangi penyakit infeksi dan memberantas parasit diharapkan bisa meningkatkan status besi tubuh.
Pemantauan
Terapi
a. Periksa kadar hemoglobin setiap 2 minggu
b. Kepatuhan orang tua dalam memberikan obat
c. Gejala sampingan pemberian zat besi yang bisa berupa gejala gangguan
gastrointestinal misalnya konstipasi, diare, rasa terbakar diulu hati,
nyeri abdomen dan
mual. Gejala lain dapat berupa pewarnaan gigi yang bersifat sementara.
Tumbuh Kembang
a. Penimbangan berat badan setiap bulan
b. Perubahan tingkah laku
c. Daya konsentrasi dan kemampuan belajar pada anak usia sekolah dengan konsultasi ke ahli psikologi
d. Aktifitas motorik
Penutup
Upaya penanggulangan AKB diprioritaskan pada kelompok rawan yaitu
BALITA, anak usia sekolah, ibu hamil dan menyusui, wanita usia subur
termasuk remaja putri dan pekerja wanita. Upaya pencegahan efektif untuk
menanggulangi AKB adalah dengan pola hidup sehat dan upaya-upaya
pengendalian faktor penyebab dan predisposisi terjadinya AKB yaitu
berupa penyuluhan kesehatan, memenuhi kebutuhan zat besi pada masa
pertumbuhan cepat, infeksi kronis/berulang pemberantasan penyakit cacing
dan fortifikasi besi.
0 Response to "ANEMIA DEFISIENSI BESI"
Post a Comment