TBC DAN PEMERIKSAAN SPUTUM

MAKALAH KIMIA KLINIK TBC DAN PEMERIKSAAN SPUTUM

            Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami semua sehingga dapat menyelesaikan tugas “Makalah Kimia Klinik Mengenai TBC dan Pemeriksaan Sputum”.
            Dengan Makalah ini diharapkan dapat membantu kami semua dalam menempuh semester empat pada kelas sebelas ini. Kami tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari Bapak/Ibu guru dalam membuat makalah ini.
            Akhirnya kami menyadari bahwa makalah ini belum begitu sempurna dan masih banyak kekurangannya. Maka dari itu kami sangat  mengharapkan kritik maupun saran dari Bapak/Ibu guru. Agar nantinya kami dapat membuat makalah maupun karya ilmiah tertulis yang lebih sempurna. Sekian dan terima kasih.
Penyusun


PENGERTIAN TBC
            Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Yang termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Penyakit ini dapat diderita oleh setiap orang, tetapi paling sering menyerang orang-orang yang berusia antara 15 – 35 tahun, terutama mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan berdesak-desakan bersama penderita TBC. Lingkungan yang lembap, gelap dan tidak memiliki ventilasi memberikan andil besar bagi seseorang terjangkit TBC.

ANATOMI PARU-PARU
          TBC merupakan salah satu penyakit dari paru-paru. Paru-paru yang letaknya pada rongga dada, menghadap tengah rongga dada atau kavum mediatinum. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura. Pleura ada dua yaitu : pleura visceral yaitu selaput paru yang lengsung membungkus paru-paru dan pleura pariental yaitu selaput paru yang melapisi bagian dalam dinding dada. Dan sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung (gelembung hawa = alveoli) Gelembung – gelembung alveoli (700.000.000 buah dibagian kiri dan kanan) ini terdiri dari sel-sel epitel dan dan endotel, yang merupakan tempat pertukaraan udara O2 masuk kedalam darah dan Co2 dikeluarkan dari dalam darah.  Paru-paru dibagi menjadi dua bagian yaitu :
Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru),
a. Lobus pulmo dekstra superior,
b. Lobus medial
c. Lobus inferior
Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Dan pada tiap lobus terdapat belahan-belahan kecil yang disebut segment, yaitu Paru-paru kanan mempunyai 10 segmet yakni :
5 buah segment pada lobus inferior
2 buah segment pada lobus medialis
3 buah segment pada lobus inferior
Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinister lobus superior dan lobusv inferior. Dan segmentnya adalah Paru-paru kiri mempunyai 10 segment yaitu :
5 buah segment pada lobus superior, dan
5 buah segment pada inferior

CIRI-CIRI M. tuberkulosa
Bentuk         : Batang
Ukuran         : panjang 5µ dan lebar 3µ
Spora          : tidak ada
Termasuk bakteri anaerob

Cara penularan
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Gejala Penyakit TBC

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum

  • Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
  • Penurunan nafsu makan dan berat badan.
  • Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
  • Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus

  • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
  • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
  • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
  • Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
 
Pathogenesis
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas diperantai sel. Sel efektor adalah makrofag dan limfosit. Respon ini merupakan reaksi hipersensitifitas tipe IV. Awalnya infeksi kuman dalam wujud droplet nuklei terhirup masuk saluran nafas dan menuju paru-paru. Di paru-paru, mereka akan bertemu makrofag jaringan dan neutrofil. Sebagian dari mereka mati akibat difagosit metrofil, terkena secret makrofag dan terkena secret saluran nafas. Bila kuman difagosit oleh makrofag, ia akan tetap hidup karena kuman TB bersifat intraseluler.
M. tuberculosis merupakan basil tahan asam karena ia memiliki banyak lipid yang membuatnya tahan terhadap asam, ganggunan kimia dan fisik. Kandungan Lipid yang banyak dalam makrofag, dimanfaatkan untuk memperkuat dirinya. Setelah infeksi primer, ada beberapa kemungkinan :
Infeksi ini akan sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat.
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis fibrotic, klasifikasi hilus.
Kambuh kembali menjadi tuberculosis sekunder karrena kuman yang dormat.
Menimbulkan komplikasi dan menyebar baik dapat secara perkotinuitatum, bronkogen, limfogen atau hematogen.

Klasifikasi TBC

Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita TB memerlukan “definisi kasus” yang memberikan batasan baku dari setiap klasifikasi dan tipe penderita. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan definisi kasus-yaitu
1. Organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru
2. Hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung : BTA positif atau BTA negative
3. Riwayat pengobatan sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati
4. Tingkat keparahan penyakit : penyakit ringan atau berat
a. KLASIFIKASI
A. Tuberculosis Paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :Tuberkulosis Paru BTA positif dan Tuberkulosis Paru BTA negative
B. Tuberculosis Ekstra Paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh selain jaringan paru,, misalnya pleura (selaput paru), selaput otak, selaput jantung, kelejar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain.
Berdasarkan tingkat keparahannya, TB Ekstra Paru dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Tuberkulosis Ekstra Paru Ringan, misal : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatif unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
2. Tuberkulosis Ekstra Paru Berat, misal : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudatif dupleks, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.
b. TIPE PENDERITA
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita, yaitu :
1. Kasus baru adalah penderita yang sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian)
2. Kambuh (relaps) adalah sebelumnya pernah mendapatkan terapi TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil BTA positif
3. Pindahan (transfer in) adalah pasien yang pindah tempat berobat dasi satu tempat ke tempat lain disertai register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
4. Kasus berobat setelah lalai (pengobatan setelah default/drop-out) adalah penderita TB yang kembali berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif setelah putus berobat 2 bulan atau lebih.
5. Failute : pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih selama pengobatan.
6. Lain-lain : Semua penderita lain yang tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas. Termasuk dalam kelompok ini adalah kasus kronik (adalah penderita yang masih BTA positif setelah menyelesaikan pengobatan ulang dengan kategori 2).

Pemeriksaan
  Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfibris), badan kurus atau berat badan menurun. Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah. Pemeriksaan yang dilakukan :
A.  Pemeriksaan Rontgen.
Pemeriksaan ini dapat menunjukkan gambaran yang bermacam macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari Tuberculosis Paru.
B.  Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan ,peningkatan Laju Endap Darah dapat menunjukan  proses yang sedang aktif ,tapi laju endap darah yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses Tuberculosis.
C.  Penemuan adanya BTA.
Penemuan adanya BTA pada Dahak, bilasan bronkus ,bilasan lambung ,cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa TBC Paru. Sering dianjurkan untuk pemeriksaan dahak sebanyak 3 kali  untuk dahak yang diambil pada pagi hari.
D.  Pemeriksan sputum :
o    Cara mengambil sample : penderita kumur mulut dulu sebelum mengeluarkan sputumnya. Jika hanya sputum sewaktu saja yang dikehendaki, sputum pagilah yang sebaiknya. Adakalanya diperlukan sputum kumpulan yaitu sputum 12 jam ataupun 24 jam.
o    Pemeriksaan Makrokopis Sputum, meliputi :
1.     Banyaknya atau julmlahnya sputum yang dikeluarkan. Untuk orang sehat tidak mengeluarkan sputum tetapi kadang-kadang ada dalam jumlah yang sedikit. Sputum yang keluar dipengaruhi oleh penyakit yang diderita dan stadium peyakit. Jumlah yang besar yaitu : lbh dari 100ml/24 jam dan lbh dari 500ml/24 jam ditemukan pada edema plumonum, abces paru-paru, bronchiectasi, tubercolusis pulmonum yang lanjut pada abces yang menembus paru-paru.
2.    Bau : diuji pada keadaan segar, tiap macam sputum yang dibiarkan mungkin busuk jika didiamkan beberapa lama. Bau busuk biasanya berasal dari : gangrena dan abces pulmonum.
3.    Warna : biasanya sesuai dengan stadium penyakitnya. Bila :
a.        Warna abu-abu atau kuning disebabkan oleh pus dan sel epitel
b.        Warna merah disebabkan oleh pendarahan segar
c.        Warna merah-coklat disebabkan darah tua dan pada permulaan pneumonia lobaris, gangrena  dll
d.        Warna hitam disebabkan oleh debu hitam yang masuk jalan pernapasaan
4.    Konsistensi : dipengaruhi oleh macam penyakitnya dan stadiumnya. Sputum sereus didapat pada edema pulmonum, dahak mucoid pada asma, bronchitis dan pneumonia lobaris. Selain itu, dilihat juga konsistensi campuran seperti seropurulent, sacopurulent, serohemoragik, dan lain-lain. Volume sputum dapat dilihat terjadinya lapisan-lapisan kalau sputum didiamkan : paling atas lapisan berbusa, lapisan ditengah-tengah lapisan cairna keruh, sedangkan paling bawah lapisan tersusun sediment : pus, jaringan, kuman-kuman. Sputum berlapis tiga itu biasanya didapatkan pada bronchiectasi, gangrena dan abces  paru-paru.
5.    Unsur-unsur khusus dalam sputum, tuangkan ke cawan petri hingga menyusun lapisan tipis yang diteliti terhadap latar belakang hitam dengan memakai  lensa pembesar. Perhatikan adanya :
a)    Butir keju ; potongan-potongan kecil berwarna kuning yang berasal jaringan nekrotik, didapat pada tuberculosis pulmonum, gengrena, abces dan actinomycosis.
b)   Uliran Curschman ; benang kuning berulir yang sering dilihat benang pusat didapat pada bronchialean Curschman ; benang kuning berulir yang sering dilihat benang pusat didapat pada bronchiale.
c)    Tuangan bronchi ; bahan tuangan itu adalah fibrin, besarnya itu tergantung dari besarnya bronchus tempat terbentuknya didapat pada bronchitis fibrinosa dan pneumonia.
d)   Sumbatan Dittrich ; benda kuning-putih yang dibentuk dalam bronchi. Ditemukan pada ama bronchiale, bronchitis, dan bronchietasi. Sumbatan dittrich tersusun dari sel-sel rusak, lemak dan bakteri. Dan sukar dibedakan dengan tuangan bronchi.
o   Pemeriksaan Mikroskopis sputum :
A.   Dengan Sediaan  Natif : pilihlah sebagian dari sputum yang mengandung unsur-unsur, taruhlah diatas kaca objek gelas dan tutuplah dengan kaca penutup. Periksa dibawah mikroskop dengan pemebesaran 10X dan 40X  dan untuk pemeriksaan ini perhatiakan :
1.     Lekosit dan erytrosit
2.    Sel-sel yang mengandung pigment:
·         Heart  failure cell,  yaitu sel besar, berinti satu yang mengandung hemosiderin berupa butir kuning. Cara kerjanya : dipakai reaksi Prussian blue, pada sediaan teteskan 1 tetes larutan K ferrosianida, tunggu beberapa menit, tambahkan 1 tetes larutan HCl  5%, maka butir hemosiderin akan berwarna biru. Sel macam in biasanya terdapat di kongesti paru-paru dan juga infarct paru-paru.
·         Sel-sel yang berisi karbon berbutir-butir, didapat pada anthracosis dan pada orang-orang yang banyak merokok.
3.  Serat elastic : serat halus, agak kuning, berombak-ombak dengan ujungnya terbelah. Adanya ini menandakan parenchym paru-paru sedang dirombak. Cara kerjanya : sputum diencerkan dengan air terrlebih dahulu, tambahkan larutan NaOH 10-20% untuk mencairkan, kemudian bahan dipusing dan sediment diperiksa lagi.
4.    Kristal-kristal yang biasanya didapat Kristal Charcot-leyden, Kristal asam lemak, cholesterol, leucine, tyrosine dan hematoidin.
5.    Fungi, untuk memeriksaan ini  perlu dilakukan pembiakaan.
6.    Sel epitel, lekosit dan sel eosinofil lebih banyak dinyatakan dengan sediaan pulasaan.
B.    Dengan Sediaan Pulasaan : yang dipakai ialah menurut  Wright-Giemza, pulasan gram, dan pulasaan terhadap kuman tahan asam. Yang penting adalah Ziehl-Neeslen dan pulasaan Gram. Untuk pemeriksaan gram lebih bermakna, sebaiknya sputum yang diperoleh dicuci beberapa kali dengan larutan gram steril supaya kuman-kuman yang melekat hanya panda unsur-unsur sputum dan yang tidak berasal dari bronchi menjadi hanyut. Jika tidak hendak memakai  sputum yang dipekatkan terlebih dulu untuk mencari bakteri tahan asam, carilah sebagian dari sputum itu yang terkeju atau yang purulent untuk dijadikan sediaan yang lebih tipis. Cara langsung kurang baik dari cara pemekataan, cara pemekaatan boleh dikerjakan sebagai berikut ini :
ü  Taruhlah 2-4 ml sputum dalam tabung centrifuge dan tambahlah sama banyaknya larutan NaOH 4%.
ü  Kocoklah atua homogenkan tabung itu selama 5-10 menit atau sampai saat sputum telah mencari sempurna.
ü  Pusinglah tabung itu selam 15-30 menit pada 3000 rpm
ü  Buanglah cairan atas dan tambahkan 1 tetes indicator fenol-merahkepada sediment yang masih ada dalam tabung itu; warnanya menjadi merah
ü  Netralkan reaksi sediment itu dengan berhati-hati meneterkan larutan HCl 2N ke dalam tabung sampai tercapainya warna merah jambu kekuning-kuningan.
ü  Sediment ini selanjutnya dipakai untuk membuat sediaan pulasan ( boleh dipakai juga untuk biakaan M. tuberculosis dan untuk percobaan marmot ).

 Pengobatan tuberkulosis 
Saat ini telah dapat dilakukan pengobatan TBC secara efektif dan dalam waktu yang relatif singkat. Program pengobatan tersebut dikenal dengan nama DOTS (Direct Observed Treatment Shortcourse). Obat yang digunakan adalah kombinasi dari Rifampicin, Isoniazid, Pyrazinamid, Ethambutol, dan Streptomycin. Pengobatan dilakukan dalam waktu 6-8 bulan secara intensif dengan diawasi seorang PMO (Pengawas Menelan Obat) untuk meningkatkan ketaatan penderita dalam minum obat. 

Daftar Pustaka :
Gandasoebrata, R. 1984.Penutun Laboratorium Klinik. Ed. Ke-5 Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.
Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: UI

0 Response to "TBC DAN PEMERIKSAAN SPUTUM "

Post a Comment